Sabtu, 12 Agustus 2017

we'll Die[t] sooner or later

Keinginan menuliskan cerita ini sebenarnya sudah ada dari beberapa bulan yang lalu dan baru kesampaian mencicilnya mulai bulan ini hehehe, gapapa ya. "Eh kamu kok kurusan, diet ya?" ,"dietlah biar ga gemuk2 banget", dan beberapa bentuk penggunaan kata diet akhir-akhir ini sering kudengarkan. Bukan kata baru sih dalam kamusku, namun intensitas kata itu belakangan sering kembali terdengar sehingga memunculkan gagasan untuk menuliskannya dalam sebuah ceritaku bagaimana besarnya tantangan yang dihadapi dalam menjaga sebuah ke istiqamahan. Ini kok nyeleweng ya, dari diet ke istiqamah..hmmm, hmmm.
Banyak ajakan untuk diet dan menjaga bentuk tubuh baik itu dari iklan, teman, saudara, bahkan keluarga. Bentuk ajakannya macem-macem mulai persuasif sampai bullying. Dan menurutku aku paling terenyuh ketika ada yang sampai mengiklankan bentuk tubuh ideal ini dengan menggunakan Kanjeng Nabi Muhammad saw dan Sayyidina Umar sebagai modelnya, sampai mengeluarkan hadits yang isinya bahwa (mohon maaf) perutnya baginda Nabi itu six pack seperti roti tawar begitupun dengan sahabat Umar bin Khattab. Ada juga yang dulunya risih dengan perut six pack sekarang menjadi terpesono dengan bentuk perut yang kotak-kotak. Hehehehe sah-sah saja dan tidak ada yang salah dengan pengen meniru Nabi, yang kemudian menjadi ill feel adalah setelah bercerita tentang (mohon maaf) bentuk tubuh baginda Nabi maka solusi yang ditawarkan adalah diet ala dia, harus ini itu, ada yang melarang pakai nasi, pake supplemen ini itu, minum jamu ini itu, dan lain sebagainya. Mungkin disini mulai terjadi perbedaan cara pandang dengan para pengiklan diet atau kesehatan itu. Sekali lagi ini bukannya aku ga pengen sehat dan diet, cuman cerita ini mencoba mengungkapkan kegelisahanku saja tentang cara dan ketekunanku untuk menjaga kesehatan.
Beberapa teman itu malah "mengharamkan" makan nasi/karbohidrat menggantinya dengan daging, sempat mereka meneror saya dengan idenya itu, ngapain makan nasi, bikin males, gemuk dll. Atau ada juga pernah degar cerita, kalau buka sebaiknya jangan pakai kurma karena kurma itu zat gulanya banyak jadi nanti gini gitu. Ada sih perubahan bentuk tubuh mereka. Tapi masak sih untuk mendapatkan tubuh yang sehat kita mesti mengharamkan yang halal dan meningglkan sunnah? Seronohku ke yang tim pemakan daging dan anti nasi, "bisa-bisa kalau semua orang mengikuti tidak makan nasi dan hanya makan daging, maka zakat fitrahnya nanti bukan beras tetapi diganti daging". Soal (mohon maaf) bentuk fisik kanjeng Nabi yang sehat atletis itu tidak dengan ke gym, minum suplemen ini itu, tidak dengan menghindari beras ataupun gandum, makannya hanya daging aja dan sebagainya. Kalaupun pengen meniru kanjeng Nabi ya jangan hanya meniru (maaf) bentuk tubuh beliau saja melainkan cara-cara mencapainya dan bagaimana kemudian beliau menggunakan kesehatannya itu. 
Begini soal konsumsi makanan. Yang kutangkap cara diet beliau simple, "makanlah ketika lapar berhenti sebelum kenyang", pernah dengar petuah Kanjeng Nabi yang semacam itu kan? Nah, cara diet seperti ini lah yang pengen banget aku contoh, dan sampai saat ini pun masih susah banget untuk menjalankannya dengan istiqamah. Bukan mengganti atau menghilangkan sebuah fungsi bahan makanan sebagai karbohidrat ataupun protein atau lemak, melainkan yang beliau contohkan adalah bagaimana porsi mengkonsumsinya. Disini sering saya memohon kehadirat Allah SWt untuk bisa dijadikan hamba yang istiqamah dalam menjalankan diet ala Kanjeng Nabi ini. Bagaimana tidak saya lebih sering lapar mata jika melihat yang namanya makanan sehingga yang terjadi biasanya ga kemakan alias mubadzir. Jangankan berhenti sebelum kenyang, sebelum laper loh biasanya masih kalap nyari makanan atau camilan. Waduhh gawat memang. Apalagi bila dibandingkan dengan para kekasihNya, ga usah ke Kanjeng Nabi, Ada auliya surabaya yang semasa hidupnya kalau makan hanya sebaris dari beberapa baris sebuah jagung, duh apalagi setelah membaca kisah-kisah yang tertulis di kitab tadzkiratul auliya karangan fariduddin attar, salah satu kisah yang begitu melekat yaitu manakala ada seorang auliya yang begitu pengennya makan daging, sampai satu saat tersedia sepotong daging, apa yang beliau lakukan? Hanya memandang daging itu, sampai puluhan tahun, kenapa beliau ragu? Tidak lain disebabkan beliau takut kalau itu hanya sebuah dorongan nafsu, nafsu memakan sepotong daging itu. Ya Allah Gusti, itulah kiranya kenapa kenapa hatiku ini masih kelam dan gelap, rupa rupanya masih terlalu banyak nafsu di dalamnya. Tentang nafsu ini, kalau kita buka kitab qasidah burdah karya syech bushiri ada penjelasan menarik mengenai nafsu antara lain, sifat nafsu yang tidak boleh dituruti dan di lawan dengan berusaha memuaskannya. Contohnya ya tadi itu, nafsu makanku tadi. Pernah aku pikir kalau nafsu itu kupenuhi dengan makan terus menerima dengan harapan tidak akan nafsu lagi. Ternyata ga berhasil, yang terjadi malah makin menjadi jadi. Syech bushiri kemudian menuliskan di bait selanjutnya, nafsu itu seperti anak bayi. Anak bayi itu sangat gemar menyusu, kalau tidak disapih ya bisa bisa sampai gede masih pengen menyusu ibunya. Itulah solusi yang ditawarkan oleh syech bushiri. Menyapih nafsu. Semoga Gusti Allah menolongku untuk bisa istiqamah. Di sini lah kemudian kutemukan perbedaan dengan pada penganut supplements. Mereka bilang setelah minum suplemen ini selama periode tertentu, makan apa saja dan seberapa banyakpun tidak bakalan gemuk lagi. Perbedaannya ada pada persepsi dietnya. Diet bagi mereka menjaga bentuk dan kondisi tubuh. Bagiku, diet bukan hanya tentang bentuk dan kesehatan tubuh, melainkan pengendalian nafsu tadi. Berusaha sekuat tenaga menjalankan petuah baginda Nabi sang panutan. Menurutku nafsu makan ini hanya awalan saja, meningkatnya nafsu makan bisa jadi akan menjalar ke nafsu pemenuhannya. Makan kan butuh modal untuk mendapatkan bahan makanan butuh uang dan pendukungnya. Kalau ini dilakukan dengan nafsu yang menggebu gebu juga takutnya malah runyam serta makin keras hatinya, bagaimana bisa peduli dengan sesama jika hati kita keras. Seperti dawuh Kanjeng Nabi berikut "tak dapat menangis disebabkan oleh kerasnya hati, kerasnya hati disebabkan oleh banyaknya dosa, banyaknya dosa disebabkan oleh alpha akan kematian, alpa akan kematian disebabkan oleh ambisi, ambisci disebabkan oleh cinta yang berlebihan akan kehidupan dunia". Kanjeng Nabi seperti kisah yang tertulis di kitab burdah, sepanjang perjalanan beliau ke madinah kalau ga salah, gunung dan bukit bukit sepanjang jalan berubah menjadi emas, memanggil manggil Kanjeng Nabi untuk bersedia mencuilnya walaupun hanya secuil. Junjungan kita tidak bergeming sedikit pun akan bujukan gunung emas itu. Bagaimana kalau aku yang ditawarin bisa jadi kuangkut semua gunung gunung itu kalau perlu cari lagi dan lagi. Kanjeng Nabi dengan begitu yakin menolak semua tawaran nafsu tidak lain karena ketebalan imannya. Dan yang namanya iman tidak bisa dilepaskan dari aktifitas ibadah. 
Baca semua kisah tentang Baginda Nabi, insyaallah akan kita temukan bagaimana telun dan rajinnya beliau baik ibadah sosial maupun ibadah maghdho. Bagaimana beliau rela berjalan keliling berdakwah kemanapun dan membantu sesama manusia. Begitu juga sholat beliau, puasa beliau mungkin inilah yang menjadi kenapa (mohon maaf) bentuk tubuh beliau ideal. Berapa banyak gerakan rukuk, sujud, i'tidal yang beliau lakukan. Mungkin ini bisa dijadikan alternative selain nge gym, yaitu memperbanyak jumlah ibadah kita. Ke gym kita butuh biaya, transportasi, dan sebagainya. Namun dengan cara memperbanyak ibadah insyaallah malah nambah nilai amal kita. Begitulah kenapa diet itu penting, sebagai bahan pelajaran bagi kita untuk berjuang melawan nafsu.
Salah satu tujuan diet adalah untuk menjaga kesehatan yang salah satu indikator adalah body shape. Yang menjadi kegalauanku kemudian adalah setelah sehat didapat apa yang mau dikerjakan dengan kesehatanku itu. Apalagi setelah mengetahui dawuh Kanjeng Nabi manfaatkan lima perkara sebelum lima perkara, salah satunya manfaatkan sehatmu sebelum sakitmu. Berbagai usaha kita lakukan untuk mendapatkan kesehatan kemudian setelah kita mendapatkannya apakah kita juga melakukan usaha yang ga kalah seru untuk mensyukurinya? Apakah segala usahku lewat diet, olahraga tadi hanya biar sehat dan enak dilihat orang lain saja? Sangat naïf aku ini karena kerapkali aku melupakan bahwa ini semua adalah anugerah dari Allah yang mana harus selalu disyukuri. Masih dengan kondisi mata dan jantung yang sehat ehhh malah malas baca kitabullah. Masih dengan kondisi badan yang sehat dan normal ehh malah males malesan sholat. Masih normal fungsi kaki ini namun jarang silaturrahmi. Masih berfungsi bagus tangan ini, dan masih malas juga mengulurkan tangan untuk sesama. Sangat kurang rasanya pemanfaatanku akan kesehatan yang masih melekat ditubuh ini. Mungkin harus kubaca berulang ulang kisah Nabi Yusuf yang tidak terpukau oleh ketampanan dan kesehatannya. Memanfaatkannya untuk beribadah kepada Allah. Makin takut rasanya ketika mengetahui bahwa lanjutan dawuh Kanjeng Nabi di atas adalah manfaatkan hidupmu sebelum matimu. Mati itu pasti, hanya soal waktu, bisa segera ataupun nanti. Bagaimana aku bisa chusnul khotimah jika nafsu terus kupelihara sampai akhir hayat. Bagaimana bisa mati dengan tenang jika tanpa bisa mensyukuri anugerah dari Allah Sang Pemurah.
Mari kita camkan bahwa nanti setelah kematian semua perbuatan kita akan ditimbang. Lama mana olehmu ke gym dibandingkan dengan duduk berdzikir. Lamanya olah raga dengan lamanya me ngaji AlQuran. Langkah lari kita dengan langkah ke masjid dan silaturrahmi. Porsi makanan yang kita makan dengan yang kita sedekahkan. Porsi belanja kita dibandingkan porsi shadaqah kita. Semua dipertanggung jawabkan. Ketika kita mati, dan kita pasti mati.
Semoga diet ini bisa memberikan pelajaran bagiku. Untuk tetap istiqamah melawan nafsu. Semoga kita semua diberi perlundungan dari segala bujukan nafsu setan.
Wallahu a'lam bishowab.
Cak S
Argowilis sgu-slo
10 agustus 17
cerita selengkapnya

Selasa, 02 Mei 2017

Buka Hatimu

Judul tersebut bukan kuniatkan untuk membahas lirik lagu sebuah band. Cuman beberapa minggu yang lalu ada dorongan yang sangat kuat untuk membuat design yang berkenaan cinta, sudah ada sih sebenarnya kata-katanya. Eh, ga tau juga kenapa kok munculnya malah gambar hati di dalam gembok. Selain gembok ini, bener sudah ada kok tema tentang cinta namun nanti aja ya ceritanya. Sekarang cerita tentang gembok aja dulu ya.

Pada tahun 2008 aku memulai babak baru dalam hal pekerjaan. Setelah berpetualang dan belajar di berbagai daerah saat bekerja sebagai engineer salah satu sub kontraktor BTS Provider, akhirnya kutinggalkan menuju salah satu operator telekomunikasi di Indonesia yang bergerak di dunia CDMA yaitu Bakrie Telecom. 


Kebetulan sama bakrie ditempatkan di kota yang belum pernah kukunjungi, kalau sekedar lewat pernah lah yaitu Jember. Di kota ini alchamdulillah nyaman dan masyarakatnya ramah. Serta alamnya juga indah. Mungkin itu yang membuat betah. 
Yang namanya hidup pasti ada perubahan, kerja di tempat baru, teman baru, penghasilan baru dan tentunya keinginan baru. Dari sub kontraktor ke operator membuat hayalan jauh melayang dan kadang membuat terbuai. Perubahan perilaku konsumsi sengaja ga sengaja ikut berubah. Asem memang yang namanya keinginan dan nafsu itu.

Alchamdulillah nya pas pulang ke surabaya pas ada ngaji, nah ketika itu kyai nya menyampaikan bab tentang kekayaan. Beliau ber cerita kalau keluarga nya minta sesuatu yang berlebihan, beliau mengajak mereka untuk keliling rumah sakit, kegiatan itu ditujukan agar keluarganya merasa bersyukur atas kesehatan yang dinikmati dan meredam keinginan mereka untuk konsumtif yang ga terlalu penting.

Cerita ini yang kemudian aku praktikan secara tidak sengaja. Waktu itu suntuk banget dengan pekerjaan dan adanya keinginan memiliki sesuatu. Duit pas-pasan dan banyak keinginan..ahh kupacu saja sepeda motorku ke daerah biting jember yang berbukit dan dingin dan harapannya bisa refresh sejenak pikiranku. Semilir udara sejuk dan pohon rindang menurunkan sedikit panas di kepala. Namun, sekejap mata tiba tiba teringat cerita kyai di depan tadi. Ternyata di daerah biting ke atas banyak sekali ibu ibu bapak bapak yang pekerjaannya adalah memukuli batu besar menjadi potongan yang kecil kecil. Alchamdulillah sontak keinginanku hilang. Ya Allah, nikmat mana lagi ini yang kudustakan. Mereka yang rata-rata sudah berumur itu berjuang hidup dengan bersusah payah berkeringat memukuli batu demi mencukupi kebutuhan pokok. Ya Allah, sedangkan aku yang untuk makan insyaallah cukup malah mempersempit kecukupanku dengan besarnya keinginan yang ga terlalu penting. Maka wasiat untuk memandang ke yang lebih "rendah" dalam urusan duniawi, saat itu keyakinanku semakin tinggi. Tinggal istiqamah mempercayai itu yang kini menjadi tantangan tersendiri.

Setelah kejadian itu semakin sering keliling ke pinggiran Jember. Kesimpulanku satu, ternyata saat itu aku menutup erat hatiku. Buktinya adalah berapapun yang kudapat habis kumakan sendiri tanpa mau tau atau mencari tau bahwa di luar sana masih banyak manusia yang kekurangan. Dengan menutup hati seakan akan aku mengaburkan bahkan melupakan tugasku sebagai seorang manusia. Aku lupa jika ada hak orang lain yang dilewatkan dalam setiap rizki yang kuterima, lupa bahwa aku ini mahluk sosial, bahkan aku lupa kalau punya hati yang salah satu fungsinya adalah merasa. Merasakan adanya kehidupan selain yang ada dalam tubuhku. Sengaja atau tidak sengaja hati itu tergembok.
Satu, ter gembok nya hatiku bisa jadi rasa "aku" ku terlalu tinggi, kurang ndingkluk. Karena sepanjang pengalamanku rasa berbagi itu timbul ketika aku merendahkan diriku, terutama merendah di hadapan Allah. Tanda merendah sangat gampang, ketika kita sadar dan yakin bahwa rizki itu dari Allah, ya harusnya kita menggunakan rizki itu di jalan Allah, salah satunya dengan berbagi dengan mereka yang berhak, fakir miskin, yatim dan sebagainya. Kalau kita males melakukannya mungkin saat itu hati kita sedang terkunci.

Dua, terkuncinya hatiku adalah karena tebalnya dosa dalam diriku. Dosa itulah yang kurasakan menghalangi hidayah masuk ke hati. Ini bahaya, ketika hari ini tidak ada cahaya hidayah, Insyaallah yang namanya keyakinan itu berkurang. Ketika kita kurang yakin, disaat itulah kita mulai menomer dua kan perintah Allah, dan apakah ini salah satu tanda kita menyekutukan Allah?. Dahulu, allahummaghfirlah bapak pernah bilang agar hati itu tidak beku berkarat dan terkunci maka yang sering menangis. Bukan menangis belum bisa beli rumah, mobil, sawah pergi luar negeri, tas mewah, gaji belum 50jt/bulan. Tetapi, menangis memohon ampunan kepada Gusti Allah atas segala kebodohan, kedustaan, serta kesalahan kita. Menangis karena kita telah mengkufuri nikmatnya. Menangis mohon ampunan karena menduakanNya.Semoga Gusti Allah mengampuni kita semua dan berkenan menuntun kita ke jalan Nya.

Dengan menggabungkan cerita dari kyai tadi yang jalan jalan di RS dan pengalamanku, aku berharap bisa melakukan lagi perjalanan perjalanan tersebut dengan hati yang lebih terbuka.  Kalau boleh berbagi, ketika kalian galau, merasa kurang beruntung, maka jalan2lah. Jalan jalan dengan hati yang terbuka ya biar bisa merasakan betapa kita beruntungnya kita masih bisa menikmati udaraNya. 
Seperti saat ini, naik kereta surabaya jogja, kanan kiri sawah, betapa beruntungnya kita, bisa makan nasi tanpa harus memikirkan wereng dan Hama padi, dan seterusnya. Buka hatimu dan Insyaallah ada kenikmatan luar biasa yang sudah kita nikmati.
Semoga Gusti Allah selalu membuka hati kita untuk Nur dan HidayahNya.

Wallahu a'lam bishowab 
Kereta api turangga surabaya-jogja, 26 April 2017

Cak S

cerita selengkapnya

Senin, 13 Maret 2017

The Precious Five

Kalau teman-teman sempat buka bidayatul hidayah karya Imam Ghazali atau di pengajian-pengajian bahkan jika dibrowsing di internet, mala akan banyak sekali ditemukan manfaat dari solat 5 waktu, dari sisi keimanan, kesehatan jasmani sampai psikologis. Berikutnya merupakan uneg-uneg pribadiku mengenai sholat 5 waktu yang di perintah kan langsung oleh Allah swt kepada kanjeng Nabi Muchammad dalam rangkaian isro' mi'roj. Sedemikian pentingnya ibadah sholat ini sampai sampai disampaikan langsung oleh Gusti Allah. Terus bagaimana pengaruh solat dalam proses pendingklukan? Berikut sedikit cerita dariku. Kurang nyamannya hati dan kehidupanku saat ini kurasakan adalah dampak dari kurangnya perhatianku terhadap 5 waktu ini terutama dalam proses ndingkluk ke Gusti Allah. Kalau kuperhatikan dari awal sampai akhir sholat tidak lain adalah proses yang apabila kita dalami bener bener merupakan proses pembentukan kita sebagai hamba yang sejati. Sekarang ayo kita perhatikan dari awal sholat ya, sebelum sholat yang mesti diperhatikan adalah aspek kesucian, baik itu kesucian tempat dan kesucian badan. Bicara soal kesucian tidak bisa dilepaskan akan pembahasan soal kebersihan yang notabene merupaka salah satu aspek dari keimanan. Setiap menghadap penguasa kita mesti menyiapkan jasmani kita selain rohani dalam keadaan yang bersih, mengindikasikan bahwa yang bakalan kita temuin adalah penguasa kita, penguasa beneran, penguas hidup dan mati kita. Mulai dari proses sebelum menghadap pun harus kita persiapkan dengan bener. Kalau tidak jangan harap dapat manfaat dan keberkahan dari sholat.
Setelah bersuci maka selanjutnya adalah kita mengucapkan niat untuk sholat, perhatikan pada lafal terakhir niat kita, maka akan kita temukan kalimat "lillahi ta'ala" yang artinya semua ini kita lakukan untuk Gusti Allah, semua ibadah tidak hanya sholat semuanya kita niatkan untuk Gusti Allah, ini mengindikasikan bahwa kedudukan kita di hadapan Allah hanyalah seorang hamba Allah, tidak lebih.. Tugas kita hanya satu yaitu beribadah dengan Allah. kalau dewasa ini ada orang yang menyatakan berbisnis dengan Allah, saya mungkin akan kurang setuju. karena satu-satunya tujuan ibadah adalh untuk menghamba bukan transaksi untung-rugi, win-win solution atau lainnya. Aku pribadi gak bakalan berani untuk berbisnis dengan Allah, lah kita ini hamba yang hanya harus menurut kepadaNya kok. Kalo ga percaya ya lihat saja di setiap niat kita. Perkara kita sekarang dapat rizki atau kedudukan atapun nikmat yang lain, itu semata-mata hanyalah besarnya kasih sayang Allah tidak lebih,  ukan karena ibadah kita, bukan karena ketaatan kita atau kebaikan kita. itu semuanya aadalah tanda sayang Allah yang nantinya akan kita pertanggung jawabkan juga. Dalami dan luruskan niat kita lagi supaya kita ingat bahwa kita hanyalah hamba Allah, jika sudah merasa hamba Allah maka kita tidak akan berani lagi menganggap diri kita lebih tinggi dari manusia yang lain, atau naudzubillah min dalik, berani kepada Allah. Seperti sering kusinggung di cerita yang lain kita itu hanya menjalankan perintah Allah, perkara apa balasannya serahkan saja pada Allah? memang tidak boleh minta? boleh dan bahkan wajib meminta sebagai bentuk kedudukan rendahan kita di hadapan Allah swt.
Niat sholat itu dilafalkan diantara takbir, Allahu Akbar, artinya apa? bahwa setiap detik dan aktifitas kita harus didasari akan kebesaran Allah. Kita harus mengakui kekuasaan dan kebesaran Allah, karena hanya dengan kuasa dan kebesarannya lah kita beraktifitas di dunia ini, termasuk dalam aktifitas ibadah. Sehabis memantapkan niat biasanya dilafalkan juga doa iftitah, meskipun banyak sekali macam redaksi doa iftitah, ada satu bait yang menurutku menegaskan kembali kebesaran Allah dan begitu rendahnya kita di hadapan Allah. Bahwa hidup kita, mati kita dan semua ibadah kita itu hanyalah untuk Allah. Begitu besar dan Agungnya Allah sehingga tidak ada lagi alasan untuk menyekutukanNya dengan yang lain. Rupa-rupanya di sinilah kekuranganku, masih saja sering menomer dua kan bahkan menomer sekiankan ibadah sholat, masih mengalahkan sholat dengan aktifitas yang lain, entah itu hiburan, nonton filem, konser, entah itu rapat, entah itu kegiatan-kegiatan lainnya. Sekarang ternyata kutahu bahwa sholatku belumlah khusu'. Bagaimana dengan kalian?
Rukun selanjutnya adalah membaca surat alfatiha. Soal ummul quran ini tentunya kalian sudah sering membaca dan mungkin sudah hapal sampai arti dan maknanya. Bagiku 7 ayat dalam surat ini kembali menunjukkan betapa besar kuasa Allah sehingga tidak ada lagi yang bisa kita lakukan selain memujiNya, bahkan awal surat ini diawali dengan kalimat bismillah, artinya hanya dengan memohon bantuan dan rahmatNya seharusnya kita menjalani hidup ini. Kenapa? Karena Dialah satu-satunya pemilik kehidupan ini, kalau ga ke Gusti Allah kemana lagi kita memohon? Terus apa yang kita mohon? Hanya jalan keselamatan, jalan yang diperuntukkan bagi hambaNya yang diijinkan bertemu denganNya. Karena nikmat terbesar adalah bertemu dengan penguasa kita. The One and Only. Gusti Allah.
Berikutnya berturut turut adalah rukuk i'tidal, sujud, duduk diantara 2 sujud. Dan semuanya berisi bacaan tentang pengakuan akan kebesaran Allah, dan ketergantungan kita kepada Allah. Jika kita sudah sholat, sudah rukuk sujud, tapi masih saja merasa lebih dari yang lainnya mungkin perlu kita tinjau lagi sholat kita. Seberapa lama kita sujud bukanlah indikator bahwa sholat khusuk terutama jika di hati dan pikiran masih ada jiwa merasa lebih, belum bisa ndingkluk kepada Allah ataupun mahluk lainnya. Ini bukan soal kalian, ini adalah pengalaman pribadiku yang sholat ku belum bisa khusuk. Salah satu tandanya adalah kurang tuma'ninah dalam menjalankan penghambaan di luar sholat. Rasanya ini adalah yang disebut sholat sebagai tiang agama. Sekali sholat hancur, maka yakinlah agama sebagai jalan hidupmu akan kacau juga. Bukan hanya sholat sebagai bentuk gerakan sholat tapi sholat dalam arti penghambaan yang sejati. Pernah kutanya kepada seorang alim, bagaimana tanda sholat khusu' dan bagaimana mencapainya. Beliau hanya bilang dirikan sholat jangan pernah ditinggal kan insyaallah suatu saat aku akan merasakan asal tidak lupa untuk memohon pertolongannya.
ShOlat ditutup dengan satu rukun, yaitu Salam, sampai di sini makin yakin bahwa aku ini lemah banget. Gak bisa sepertinya hidup tanpa bantuan dari Allah, namun aku sendiri yang sering nakal, mencari keselamatan di tempat yang lain, merasa kurang terus terutama dalam hal duniawi, kebahagian masih diukur dari materi, padahal jika sempat menghamba saja kepada Allah Insyaallah itu sudah cukup. Waktu yang kuhabiskan untuk duniawi masih saja lebih besar daripada yang kugunakan untuk menghamba kepada Pemilik Keselamatan. Ya Allah, berilah hambaMu ini kekhusukan dalam ndingkluk menghamba kepadamu. Terimakasih sudah Engkau berikan 5 waktu yang berharga berupa sholat. Setidaknya itu mengingatkanku akan lemahnya diriku. 
Maka, Mari jangan lewatkan 5 waktu berharga tadi, kalau tidak kita akan menyesal.

cerita selengkapnya