Berikut adalah kisah dibalik design kaos disamping ini.
Sewaktu kecil sering banget diajak allahummaghfirlahu Bapak bersilaturrahmi ke Tegalrejo Magelang ke kediaman saudara seperjuangan beliau, rumahnya gedhe banget dan dipenuhi dengan karya-karya seni yang istimewah, mulai dari topeng hingga lukisan. Di salah satu pojok ruangan rumah beliau ada satu gambar yang selalu menarik perhatianku yaitu gambar seekor anjing buesar dengan tulisan "Asu Gedhe Menang Kerahe", alam pikiranku yang masih kanak-kanak watu itu bertanya kenapa ada gambar anjing besar dan apa artinya tulisan dalam gambar itu? dasar anak kecil ya, dengan polosnya tanya ke bapakku (karena takut kalo tanya ke empunya rumah) apa arti dari kalimat tersebut. Dawuhnya bapak, arti tulisan itu adalah "Seorang penguasa/raja mempunyai keunggulan berupa kekuasaan". Saat itu tidak ada ide untuk menyakan apa maknanya...
Sewaktu kecil sering banget diajak allahummaghfirlahu Bapak bersilaturrahmi ke Tegalrejo Magelang ke kediaman saudara seperjuangan beliau, rumahnya gedhe banget dan dipenuhi dengan karya-karya seni yang istimewah, mulai dari topeng hingga lukisan. Di salah satu pojok ruangan rumah beliau ada satu gambar yang selalu menarik perhatianku yaitu gambar seekor anjing buesar dengan tulisan "Asu Gedhe Menang Kerahe", alam pikiranku yang masih kanak-kanak watu itu bertanya kenapa ada gambar anjing besar dan apa artinya tulisan dalam gambar itu? dasar anak kecil ya, dengan polosnya tanya ke bapakku (karena takut kalo tanya ke empunya rumah) apa arti dari kalimat tersebut. Dawuhnya bapak, arti tulisan itu adalah "Seorang penguasa/raja mempunyai keunggulan berupa kekuasaan". Saat itu tidak ada ide untuk menyakan apa maknanya...
Menganjak dewasa akhirnya berani untuk bersilaturrahmi
sendiri ke kediaman beliau, setelah sekian kali sekian lama dihantui perasaan
takut tidak ditemui oleh beliau. Saat dipersilahkan masuk oleh poro dalem
sembari menunggu beliau bercakap-cakap dengan tamu lainnya di ruang yang lain,
secara tidak sengaja pandanganku menemukan lagi gambar anjing besar itu, namun
kali ini tulisannya berbeda, "Asu Gedhe Menang Kerahe" tulisan
"menang" dicoret dan ditambahi kalimat "Asor Jurite".
Teka-teki kalimat waktu kecil dulu aja belum terpecahkan sekarang malah
menemukan tambahan kalimat yang mesti dipahami. Salah satu penyesalanku sampai
saat ini adalah tidak berani bertanya kepada pemilik gambar itu, apa maksud
tersembunyi dari gambar tersebut, padahal di kediaman beliau terdapat banyak
kaligrafi, hampir semua kutanyakan bahkan ada 2 lafald kaligrafi yang sengaja
kutaruh di blog ini sebagai pengingat untukku dan mungkin bagi kalian juga.
Pertanyaan yang belum tersampaikan
sampai beliau meninggalkan alam fana ini.
Seiring dengan berjalannya waktu dan pengalaman, lambat
laun seperti terungkap misteri dibalik kalimat tersebut, yang antara lain
berhubungan dengan kesombongan. Iya, gambar tersebut menggambarkan kesombongan atau lebih tepatnya
kesewenang-wenangan dari seorang pemimpin/penguasa yang mempunyai kekuasaan
atas semua yang dipimpinnya.
Gusti Allah menyampaikan dalam alQur’anul Karim berkenaan
dengan kesombongan dan kesewenangan ini, salah satu tokoh paling terkenal dalam
hal kesombongan dan kesewenang-wenangan adalah Fir'aun, sampai-sampai
diabadikan dalam alQuran salah satunya di surah al qashash yang terjemahannya
kurang lebih sebagai berikut:
Sesungguhnya
Fir'aun telah berbuat sewenang-wenang di muka bumi dan menjadikan penduduknya
berpecah belah, dengan menindas segolongan dari mereka, menyembelih anak
laki-laki mereka dan membiarkan hidup anak-anak perempuan mereka. Sesungguhnya
Fir'aun termasuk orang-orang yang berbuat kerusakan. (QS. 28 al-Qashash: 4)
Fir’aun ini membagi 2 kaumnya yaitu yang patuh dan yang
membangkang, bagi yang membangkang sudah disediakan neraka oleh Firaun yang
didalamnya para pembangkang Fir’aun, mereka yang tidak mau menyembahnya
dijatuhi hukuman berat, disiksa dan bahkan dibunuh. Dan bagi yang tunduk
kepadanya diberikan tempat dan kehidupan yang layak. Tidak hanya berhenti
disitu saja, Karena ramalan dari ahli nujumnya, Fir’aun membunuh semua bayi
laki-laki dan anak laki-laki hampir 90 ribu banyaknya. Kejadian ini distimulus
oleh perkataan ahli nujum/dukun yang menasehatinya “Akan lahir dari Bani Israel
seorang anak yang akan melenyapkan kerajaanmu dengan kekuasaannya.” Tindakan
itu merupakan puncak kedunguan Fir’aun, karena jika ramalan itu benar, tidaklah
berguna pembantaian, dan jika salah, apa alasan dia melakukan pembantaian.
Kalau kita baca sekilas kok bisa ya Firaun sekejam dan
sewenang-wenang itu? Gini, ada 3 orang yang klop banget jika dijadikan contoh
dalam hal bersombong-sombong diri, kalau kalian pengen soombong contohlah
mereka, LOH, Jangan ya!, jangan sombong!. Ketiga orang tersebut masih ada
hubungan dengan Nabi Musa, trio ini berangggotakan; Firaun (yang begitu sombong
karena kekuasaannya), Hamman (yang sombong karena kepinterannya) dan Qarun
(yang sombong karena hartanya). Trio ini sangat sombong dengan segala kelebihan
mereka yang akhirnya dengan semena-mena memperlakukan orang lain. Kenapa bisa
begitu? tidak lain karena Allah telah mengunci mati hati orang-orang yang
sombong dan sewenang-wenang, sebagaimana termaktub dalam surat al-Mu'min ayat
35.
Saatnya kini kita melihat dan mengukur diri kita, masih
sering tega menyiksa, sewenang-wenang terhadap orang lain di sekitar kita?
entah itu teman, bawahan, ataupun orang yang tidak kenal? piye perasaanmu
ketika melakukan hal itu? biasa, seneng, bahagia atau bangga? kalau itu semua
yang kita rasakan maka kemungkinan Allah telah mengunci hati kita.
Naudzibillah..
Kembali ke gambar anjing tadi, di kesempatan terakhir
melihat gambar tersebut adalah tulisan "menang" dicoret dan tambahan
"asor jurite". "Asor Jurite" kalau diterjemahkan ke bahasa
Indonesia adalah kalah perang/pertempuran, dan sangat cocok ketika dipadukan
dengan pencoretan kata menang. Dengan menggabungkan dua frase tadi seakan yang
membuat gambar itu menunjukkan kepada kita, jika dengan kekuasaan yang kita
miliki digunakan untuk berbuat sekehendaknya maka yakinlah bahwa hanya
kemalangan dan kekalahan yang akan kita temui diujung kisah kita. Tengoklah
sejarah bagaimana akhir dari trio pengacau tadi, Firaun, Hamman dan Qarun.
Ya begitulah akhir kisah mereka, monggo dipilih bagaimana
kita pengen mengakhiri kisah kita. Allahu Akbar sering kita kumandangkan,
ingatlah itu, resapi itu, hanya Gusti Allah Yang Maha Besar, jangan kita
coba-coba menjadi yang maha besar. Allahu Akbar wa lillahilcham...
wallahu a'lam boshowab
Meja lantai 16 yang bersahaja
Surabaya, 1 November 2016
cerita selengkapnya