Selasa, 02 Mei 2017

Buka Hatimu

Judul tersebut bukan kuniatkan untuk membahas lirik lagu sebuah band. Cuman beberapa minggu yang lalu ada dorongan yang sangat kuat untuk membuat design yang berkenaan cinta, sudah ada sih sebenarnya kata-katanya. Eh, ga tau juga kenapa kok munculnya malah gambar hati di dalam gembok. Selain gembok ini, bener sudah ada kok tema tentang cinta namun nanti aja ya ceritanya. Sekarang cerita tentang gembok aja dulu ya.

Pada tahun 2008 aku memulai babak baru dalam hal pekerjaan. Setelah berpetualang dan belajar di berbagai daerah saat bekerja sebagai engineer salah satu sub kontraktor BTS Provider, akhirnya kutinggalkan menuju salah satu operator telekomunikasi di Indonesia yang bergerak di dunia CDMA yaitu Bakrie Telecom. 


Kebetulan sama bakrie ditempatkan di kota yang belum pernah kukunjungi, kalau sekedar lewat pernah lah yaitu Jember. Di kota ini alchamdulillah nyaman dan masyarakatnya ramah. Serta alamnya juga indah. Mungkin itu yang membuat betah. 
Yang namanya hidup pasti ada perubahan, kerja di tempat baru, teman baru, penghasilan baru dan tentunya keinginan baru. Dari sub kontraktor ke operator membuat hayalan jauh melayang dan kadang membuat terbuai. Perubahan perilaku konsumsi sengaja ga sengaja ikut berubah. Asem memang yang namanya keinginan dan nafsu itu.

Alchamdulillah nya pas pulang ke surabaya pas ada ngaji, nah ketika itu kyai nya menyampaikan bab tentang kekayaan. Beliau ber cerita kalau keluarga nya minta sesuatu yang berlebihan, beliau mengajak mereka untuk keliling rumah sakit, kegiatan itu ditujukan agar keluarganya merasa bersyukur atas kesehatan yang dinikmati dan meredam keinginan mereka untuk konsumtif yang ga terlalu penting.

Cerita ini yang kemudian aku praktikan secara tidak sengaja. Waktu itu suntuk banget dengan pekerjaan dan adanya keinginan memiliki sesuatu. Duit pas-pasan dan banyak keinginan..ahh kupacu saja sepeda motorku ke daerah biting jember yang berbukit dan dingin dan harapannya bisa refresh sejenak pikiranku. Semilir udara sejuk dan pohon rindang menurunkan sedikit panas di kepala. Namun, sekejap mata tiba tiba teringat cerita kyai di depan tadi. Ternyata di daerah biting ke atas banyak sekali ibu ibu bapak bapak yang pekerjaannya adalah memukuli batu besar menjadi potongan yang kecil kecil. Alchamdulillah sontak keinginanku hilang. Ya Allah, nikmat mana lagi ini yang kudustakan. Mereka yang rata-rata sudah berumur itu berjuang hidup dengan bersusah payah berkeringat memukuli batu demi mencukupi kebutuhan pokok. Ya Allah, sedangkan aku yang untuk makan insyaallah cukup malah mempersempit kecukupanku dengan besarnya keinginan yang ga terlalu penting. Maka wasiat untuk memandang ke yang lebih "rendah" dalam urusan duniawi, saat itu keyakinanku semakin tinggi. Tinggal istiqamah mempercayai itu yang kini menjadi tantangan tersendiri.

Setelah kejadian itu semakin sering keliling ke pinggiran Jember. Kesimpulanku satu, ternyata saat itu aku menutup erat hatiku. Buktinya adalah berapapun yang kudapat habis kumakan sendiri tanpa mau tau atau mencari tau bahwa di luar sana masih banyak manusia yang kekurangan. Dengan menutup hati seakan akan aku mengaburkan bahkan melupakan tugasku sebagai seorang manusia. Aku lupa jika ada hak orang lain yang dilewatkan dalam setiap rizki yang kuterima, lupa bahwa aku ini mahluk sosial, bahkan aku lupa kalau punya hati yang salah satu fungsinya adalah merasa. Merasakan adanya kehidupan selain yang ada dalam tubuhku. Sengaja atau tidak sengaja hati itu tergembok.
Satu, ter gembok nya hatiku bisa jadi rasa "aku" ku terlalu tinggi, kurang ndingkluk. Karena sepanjang pengalamanku rasa berbagi itu timbul ketika aku merendahkan diriku, terutama merendah di hadapan Allah. Tanda merendah sangat gampang, ketika kita sadar dan yakin bahwa rizki itu dari Allah, ya harusnya kita menggunakan rizki itu di jalan Allah, salah satunya dengan berbagi dengan mereka yang berhak, fakir miskin, yatim dan sebagainya. Kalau kita males melakukannya mungkin saat itu hati kita sedang terkunci.

Dua, terkuncinya hatiku adalah karena tebalnya dosa dalam diriku. Dosa itulah yang kurasakan menghalangi hidayah masuk ke hati. Ini bahaya, ketika hari ini tidak ada cahaya hidayah, Insyaallah yang namanya keyakinan itu berkurang. Ketika kita kurang yakin, disaat itulah kita mulai menomer dua kan perintah Allah, dan apakah ini salah satu tanda kita menyekutukan Allah?. Dahulu, allahummaghfirlah bapak pernah bilang agar hati itu tidak beku berkarat dan terkunci maka yang sering menangis. Bukan menangis belum bisa beli rumah, mobil, sawah pergi luar negeri, tas mewah, gaji belum 50jt/bulan. Tetapi, menangis memohon ampunan kepada Gusti Allah atas segala kebodohan, kedustaan, serta kesalahan kita. Menangis karena kita telah mengkufuri nikmatnya. Menangis mohon ampunan karena menduakanNya.Semoga Gusti Allah mengampuni kita semua dan berkenan menuntun kita ke jalan Nya.

Dengan menggabungkan cerita dari kyai tadi yang jalan jalan di RS dan pengalamanku, aku berharap bisa melakukan lagi perjalanan perjalanan tersebut dengan hati yang lebih terbuka.  Kalau boleh berbagi, ketika kalian galau, merasa kurang beruntung, maka jalan2lah. Jalan jalan dengan hati yang terbuka ya biar bisa merasakan betapa kita beruntungnya kita masih bisa menikmati udaraNya. 
Seperti saat ini, naik kereta surabaya jogja, kanan kiri sawah, betapa beruntungnya kita, bisa makan nasi tanpa harus memikirkan wereng dan Hama padi, dan seterusnya. Buka hatimu dan Insyaallah ada kenikmatan luar biasa yang sudah kita nikmati.
Semoga Gusti Allah selalu membuka hati kita untuk Nur dan HidayahNya.

Wallahu a'lam bishowab 
Kereta api turangga surabaya-jogja, 26 April 2017

Cak S

cerita selengkapnya