Senin, 19 Desember 2016

Rindu

Hari minggu 111216 kemarin merupakan hari bersejarah bagiku karena pada hari itu setelah sekalian lama tepatnya klo ga salah sejak 1998/1999 baru minggu kemarin mengangkat dan menabuh terbang/rebana lagi. Itupun karena tim penabuhnya kurang. Dan secara spontan kuambil dan kutabuh terbang rebana itu, bukan karena memperingati harbolnas(hari belanja online nAsional) tapi demi event amaliah yang jauh lebih besar dan mulia, yaitu merayakan maulid Nabi Muhammad saw, manusia termulia di alam semesta.
17 tahun tidak pernah main terbang hadrah jadi sedikit kikuk dengan tempo pukulan, telapak tangan panas memerah dan keringat mulai keluar. Alunan bacaan sholawat dan tabuhan rebana secara ga langsung membawa pikiranku dan hatiku kepada sosok seorang paling mulia seantero jagad. Seorang yang syafaatnya kita harapkan dan tauladannya yang harus kita tiru. Setelah bacaan sholawat selesai, hati ini terasa sedikit gelisah, sedangkan pikiran dipenuhi pertanyaan "mungkinkah berjodoh bertemu dan bisa bersamanya kelak?". Ditengah carut marut kebidupan yang kujalani ditengah kondisi bumi yang semakin panas, dinamika kehidupan sosial yang terus bergerak, dan makin jelaslah bahwa aku rindu padanya, hamba paling dikasihi oleh Allah, Nabi Muhammad saw. Tapi benarkah aku merindu? Atau hanya melow sesaat aku ini.
Rasa rindu itu bukankah hanya dimiliki oleh seseorang yang mencintai seorang atau yang lainnya? Rasanya malu sendiri aku menjawab pertanyaanku tadi, karena setelah kuraba diri ini masih sangat jauh rasanya dari mencintainya. Orang yang mencintai seseorang tentu dia akan mencoba melakukan apa yang disenangi oleh orang yang dicintainya. Jika yang dicintai sangat menyayangi anak yatim, seyogyanya aku juga menyayangi anak yatim, tapi nyatanya, boro-boro menyayangi anak yatim, riski yang kusalurkan ke mereka masih jauh lebih kecil dari total  belanja perutku, boro-boro menyayangi mereka, memikirkan merekapun otakku ini sangat malas dibandingkan untuk memikirkan target mimpi di masa depan, dan bagaimana bisa hidup enak. 
Ketika orang yang kucintai sangat menjunjung kasih sayang. Maka sudah sepatutnya itulah yang jadi pijakanku bertindak, nah ini ga, jangankan berkasih sayang kepada seluruh manusia, sama anak, istri dan keluarga yang saben hari ketemu, terkadang masih sering marah-marah, dongkol ga jelas. Sering mengabaikan mereka. Jangankan soal kasih sayang ke seluruh umat manusia, ke sesama golongan saja terkadang aku masih merasa paling benar, menganggap yang tidak se aliran se pikiran adalah salah! Meneriaki mereka sebagai yang tak peduli agama, dan lain sebagainya. Dan bagaimana mungkin aku bisa mengasihi semua manusia, kalau di hati ini masih ada rasa jumawa, merasa memiliki kekuasaan atas manusia lainnya, masih sering menginjak manusia yang lain dan tidak pernah ndingkluk sebagaimana dicontohkan panutanku yang mulia kanjeng Nabi muhamad saw.
Segala jenis permasalahanku dari masalah ekonomi, hubungan sesama manusia dan kemalasan dalam ibadah harusnya bisa terselesaikan jika dan hanya jika aku ikut yang dicontohkan olehnya, seharusnya aku mengikuti tuntunan yang diwariskan olehnya. Quran dan hadis. Namun, bagaimana bisa aku dapat jawaban jika membaca dua warisan tadi sudah malas duluan, ok baca sesekali bisa, walaupun hanya sesekali, dan bagaimana bisa mendapatkan petunjuk dan jawaban permasalahanku jika paham isi dari quran dan hadits saja tidak tahu, bagaimana bisa paham isinya jika belajarku hanya ke google tanpa menghadiri majelis ilmu dan tanpa mendekatkan diri dengan para ulama yang menjadi pewaris nabi. Jangankan mendekat, yang ada hanya keraguan atas mereka, malah terkadang gosipin mereka dan meremehkan mereka.
Jika saja aku mengikuti jalan yang telah dicontohkannya niscaya aku akan sampai kepadaNya dan kekasihNya. Bisa selamat dalam menjalani kehidupan. Ternyata cintaku selama ini masih abal abal tidak murni seratus persen karena cintaku kepadanya jauh lebih sedikit dibandingkan cintaku ke selain dia.
Semoga kerinduanku kepadanya sebagai salah satu jalan menyampaikan rasa cintaku kepadanya. Dengan mengharap ridho dan pertolongan Allah, semoga bisa dijadikan barisan umat Nabi Muhammad. Mencintai dan merindunya dengan tulus dan sebenarnya. dan semoga Gusti Allah memberikan ampunan lantaran barokah dari Nabi Muhammad yang mulia ini.

Allahumma sholli 'ala sayyidina Muhammad wa 'ala alihi wa shochbihi wa sallam 

Wallahu a'lam bishowab
Surabaya, 13 Desember 2016, 13 Rabiul awal 1438

cak S
cerita selengkapnya

Selasa, 01 November 2016

ASU Gedhe Menang Kerahe, Asor Jurite

Berikut adalah kisah dibalik design kaos disamping ini.
Sewaktu kecil sering banget diajak allahummaghfirlahu Bapak bersilaturrahmi ke Tegalrejo Magelang ke kediaman saudara seperjuangan beliau, rumahnya gedhe banget dan dipenuhi dengan karya-karya seni yang istimewah, mulai dari topeng hingga lukisan. Di salah satu pojok ruangan rumah beliau ada satu gambar yang selalu menarik perhatianku yaitu gambar seekor anjing buesar dengan tulisan "Asu Gedhe Menang Kerahe", alam pikiranku yang masih kanak-kanak watu itu bertanya kenapa ada gambar anjing besar dan apa artinya tulisan dalam gambar itu? dasar anak kecil ya, dengan polosnya tanya ke bapakku (karena takut kalo tanya ke empunya rumah) apa arti dari kalimat tersebut. Dawuhnya bapak, arti tulisan itu adalah "Seorang penguasa/raja mempunyai keunggulan berupa kekuasaan". Saat itu tidak ada ide untuk menyakan apa maknanya...
Menganjak dewasa akhirnya berani untuk bersilaturrahmi sendiri ke kediaman beliau, setelah sekian kali sekian lama dihantui perasaan takut tidak ditemui oleh beliau. Saat dipersilahkan masuk oleh poro dalem sembari menunggu beliau bercakap-cakap dengan tamu lainnya di ruang yang lain, secara tidak sengaja pandanganku menemukan lagi gambar anjing besar itu, namun kali ini tulisannya berbeda, "Asu Gedhe Menang Kerahe" tulisan "menang" dicoret dan ditambahi kalimat "Asor Jurite". Teka-teki kalimat waktu kecil dulu aja belum terpecahkan sekarang malah menemukan tambahan kalimat yang mesti dipahami. Salah satu penyesalanku sampai saat ini adalah tidak berani bertanya kepada pemilik gambar itu, apa maksud tersembunyi dari gambar tersebut, padahal di kediaman beliau terdapat banyak kaligrafi, hampir semua kutanyakan bahkan ada 2 lafald kaligrafi yang sengaja kutaruh di blog ini sebagai pengingat untukku dan mungkin bagi kalian juga. Pertanyaan yang belum tersampaikan  sampai beliau meninggalkan alam fana ini.
Seiring dengan berjalannya waktu dan pengalaman, lambat laun seperti terungkap misteri dibalik kalimat tersebut, yang antara lain berhubungan dengan kesombongan. Iya, gambar tersebut  menggambarkan kesombongan atau lebih tepatnya kesewenang-wenangan dari seorang pemimpin/penguasa yang mempunyai kekuasaan atas semua yang dipimpinnya.
Gusti Allah menyampaikan dalam alQur’anul Karim berkenaan dengan kesombongan dan kesewenangan ini, salah satu tokoh paling terkenal dalam hal kesombongan dan kesewenang-wenangan adalah Fir'aun, sampai-sampai diabadikan dalam alQuran salah satunya di surah al qashash yang terjemahannya kurang lebih sebagai berikut:
Sesungguhnya Fir'aun telah berbuat sewenang-wenang di muka bumi dan menjadikan penduduknya berpecah belah, dengan menindas segolongan dari mereka, menyembelih anak laki-laki mereka dan membiarkan hidup anak-anak perempuan mereka. Sesungguhnya Fir'aun termasuk orang-orang yang berbuat kerusakan. (QS. 28 al-Qashash: 4)
Fir’aun ini membagi 2 kaumnya yaitu yang patuh dan yang membangkang, bagi yang membangkang sudah disediakan neraka oleh Firaun yang didalamnya para pembangkang Fir’aun, mereka yang tidak mau menyembahnya dijatuhi hukuman berat, disiksa dan bahkan dibunuh. Dan bagi yang tunduk kepadanya diberikan tempat dan kehidupan yang layak. Tidak hanya berhenti disitu saja, Karena ramalan dari ahli nujumnya, Fir’aun membunuh semua bayi laki-laki dan anak laki-laki hampir 90 ribu banyaknya. Kejadian ini distimulus oleh perkataan ahli nujum/dukun yang menasehatinya “Akan lahir dari Bani Israel seorang anak yang akan melenyapkan kerajaanmu dengan kekuasaannya.” Tindakan itu merupakan puncak kedunguan Fir’aun, karena jika ramalan itu benar, tidaklah berguna pembantaian, dan jika salah, apa alasan dia melakukan pembantaian.

Kalau kita baca sekilas kok bisa ya Firaun sekejam dan sewenang-wenang itu? Gini, ada 3 orang yang klop banget jika dijadikan contoh dalam hal bersombong-sombong diri, kalau kalian pengen soombong contohlah mereka, LOH, Jangan ya!, jangan sombong!. Ketiga orang tersebut masih ada hubungan dengan Nabi Musa, trio ini berangggotakan; Firaun (yang begitu sombong karena kekuasaannya), Hamman (yang sombong karena kepinterannya) dan Qarun (yang sombong karena hartanya). Trio ini sangat sombong dengan segala kelebihan mereka yang akhirnya dengan semena-mena memperlakukan orang lain. Kenapa bisa begitu? tidak lain karena Allah telah mengunci mati hati orang-orang yang sombong dan sewenang-wenang, sebagaimana termaktub dalam surat al-Mu'min ayat 35.

Saatnya kini kita melihat dan mengukur diri kita, masih sering tega menyiksa, sewenang-wenang terhadap orang lain di sekitar kita? entah itu teman, bawahan, ataupun orang yang tidak kenal? piye perasaanmu ketika melakukan hal itu? biasa, seneng, bahagia atau bangga? kalau itu semua yang kita rasakan maka kemungkinan Allah telah mengunci hati kita. Naudzibillah..

Kembali ke gambar anjing tadi, di kesempatan terakhir melihat gambar tersebut adalah tulisan "menang" dicoret dan tambahan "asor jurite". "Asor Jurite" kalau diterjemahkan ke bahasa Indonesia adalah kalah perang/pertempuran, dan sangat cocok ketika dipadukan dengan pencoretan kata menang. Dengan menggabungkan dua frase tadi seakan yang membuat gambar itu menunjukkan kepada kita, jika dengan kekuasaan yang kita miliki digunakan untuk berbuat sekehendaknya maka yakinlah bahwa hanya kemalangan dan kekalahan yang akan kita temui diujung kisah kita. Tengoklah sejarah bagaimana akhir dari trio pengacau tadi, Firaun, Hamman dan Qarun.

Ya begitulah akhir kisah mereka, monggo dipilih bagaimana kita pengen mengakhiri kisah kita. Allahu Akbar sering kita kumandangkan, ingatlah itu, resapi itu, hanya Gusti Allah Yang Maha Besar, jangan kita coba-coba menjadi yang maha besar. Allahu Akbar wa lillahilcham...

wallahu a'lam boshowab
Meja lantai 16 yang bersahaja

Surabaya, 1 November 2016
cerita selengkapnya

Rabu, 05 Oktober 2016

Ayo Nandur ben gak Ajur



Pernah denger global warming? tentu sudah dong, mengintip wikipedia, pemansan global adalah suatu proses meningkatnya suhu rata-rata atmosfer, laut, dan daratan Bumi. Suhu rata-rata global pada permukaan Bumi telah meningkat 0.74 ± 0.18 °C (1.33 ± 0.32 °F) selama seratus tahun terakhir. Peningkatan suhu permukaan bumi ini ternyata memiliki dampak yang tidak bisa dianggap remeh loh, sebut saja perubahan iklim yang tidak bisa diprediksi, es di kutub mulai mencair sehingga memungkinkan tenggelamnya dataran, hewan yang mulai punah. Loh kok ngeri..itu sih dampak secara globalnya, dampak kecil-kecil yang sering kita rasakan adalah perubahan cuaca yang tidak bisa diperkirakan, dan kerasa gak sih kalau belakangan ini makin sumuk dan panas ? ya kira-kira begitulah dampak dari pemanasan global.
Para ahli dan pakar lingkungan bahkan di buku-buku sekolah dan internet sudah banyak disebutkan penyebab dari global warming ini, mulai dari pemakaian energi yang berlebihan, efek rumah kaca, zat karbon yang meningkat sampai meningkatnya tingkat "keterangan" dari matahari. Ya sekali lagi itu kalau kita lihat secara global, sekarang coba kita lihat dikehidupan kita dan sekitar kita, bagaimana pemakaian listrik kita dan bagaimana kondisi lingkungan kita, rindang kah atau malah gersang sama sekali, gundul seperti gundulnya pak Ogah. Belum lagi bila ngelihat ke sekitar rumah, berapa ratus kendaraan bermotor yang lalu lalang di depan rumah saben harinya, bayangkan berapa banyak karbon yang terkumpul setiap harinya. Kalau begini jadi wajar toh jika makin panas dan sumuk? salah siapa coba? ya kita lah hehehehe, bener toh, sudah disebutkan dalam alQuran surat ar Rum ayat 41-42  bahwa kerusakan di muka bumi ini disebabkan oleh ulah tangan manusia itu sendiri. Nah loh, aku manusia, kamu? manusia juga kan? berarti sedikit ataupun banyak kita turut serta merusak tempat hidup kita sendiri..wow amazing ya kita ini.
Oke cukup sudah, whats next? apa yang bisa kita lakukan untuk menebus dan mengurangi andil kita dalam merusak alam ini? simple nya sih ya mengurangi penyebab kerusakan. Karena aku masih sangat susah lepas dari penggunaan kendaraan bermotor dan listrik, minimal yang bisa kulakukan adalah mengurangi pemakaiannya dan menggunakan bahan bakar dengan oktan yang lebih tinggi. Kayaknya itu juga belum cukup untuk mengurangi dampak kerusakan, so, suatu sore tercetuslah ide untuk menanam pohon. Kan katanya dengan menanam pohon bisa sedikit mengurangi zat karbon yang berterbangan di udara kita, minimal di sekitar rumah kita. wait, kan ga ada lahan, dan menanam pohon kan lama waktunya,. Nah, akhirnya ketemu lah alternatif yaitu menanam tambulampot, tanaman buah dalam pot. Sementara ini yang bisa kulakukan, menanam tanaman buah dalam pot.
Alchamdulillah dari rencana dan angan tadi sekarang di halaman rumah yang sempit itu sudah ada sekitar 30 varietas tanaman buah, mulai dari jenis jeruk, sawo, mangga, klengkeng, nangka, anggur, buah tin, dan beberapa jenis sayuran seperti kangkung, bayam dan sawi. Tidak banyak sih, semoga bisa bertambah. Makin kesini makin kurasakan manfaat dari penanaman tanaman buah ini, rumah jadi semakin kelihatan asri, lebih indah dan lebih sering dilirik orang karena melihat aneka ragam tumbuhan buah dan sayur. Belum lagi ketika berbuah, alchamdulillah meskipun selaku pencetus, terkadang kalah cepat dalam memanen daripada orang lain. Alchamdulillah juga karena buahnya bisa dinikmati oleh orang lain, ketika ada jeruk yang sudah matang orang lain juga bisa mengambil, sawo kemarin juga gak kebagian seh tapi alchamdulillah orang lain bisa menikmati. Meskipun jarang bisa menikmati hasil nandur ini, mendengarkan cerita orang-orang yang menikmati hasil nandur ini sudah cukup seneng hati ini. Eh jeruknya manis, eh sawonya manis banget, klengkengannya enak, srikayanya enak ga ada biji dan lain-lain. Sangat sangat senang hati ini ketika mendengar itu semua. Lebih seneng lagi ketika mendengar ada orang yang pengen nandur buah karena terinspirasi oleh halaman sempit tadi, mulai dari keluarga sampai ke tetangga. Alchamdulillah...
Tiba-tiba otakku usil, ini kan sekedar pemanasan global, naiknya temperature di permukaan bumi, sedangkan tadi disebutkan kerusakan di muka bumi yang artinya tidak hanya berhubungan dengan kondisi alamnya saja tapi juga kehidupan di dalamnya. Apakah kerusakan yang dimaksud ini berkaitan dengan memanasnya suhu permusuhan diantara kita penghuni bumi ini? atau apa? Jika menanam tanaman tadi bisa sedikit membuat suhu sekitar menjadi lebih sejuk, apakah untuk menangani kerusakan perilaku manusia juga bisa dilakukan dengan menanam? Bisa jadi, tapi yang ditanam bukan pohon lagi, melainkan kebaikan dan cinta kasih. Bayangkan saja yang kita tanam di diri kita adalah sesuatu yang baik, insyaallah yang tumbuh dan muncul dari diri kita adalah kebaikan. Masih inget pepatah "apa yang engkau tanam, itu yang akan tuai"? seperti halnya pengalamanku nandur tanaman tadi, apa yang kutanam belum tentu aku yang akan merasakannya, tapi bisa jadi orang lain yang(juga) merasakan dan menikmatinya.
Sekarang ayo kita membayangkan lagi, coba yang kita tanam tadi adalah kebaikan, bayangkan bagaimana besarnya manfaat yang akan kita terima atau orang lain rasakan. Ketika kita menanamkan kedermawanan dalam diri kita insyaallah kita tidak akan merasa miskin, orang disekitar kita pun akan mendapat manfaat dari kedermawanan kita, coba sekarang yang kita tanam dan pupuk adalah sifat kikir, apa yang akan kita dan orang lain rasakan? insyaallah kita akan merasa kurang terus, akibatnya kita akan menyibukkan diri untuk menambah dan menambah terus harta kita, mengorbankan kesehatan kita, waktu, akan dan keluarga kita, rasa tidak pernah cukup itulah yang membuat kita tersiksa sendiri belum lagi yang dirasakan oleh orang sekitar kita, melihat kita sudah punya harta, rumah, mobil tapi tetap saja tidak peduli dengan manusia sekitarnya yang untuk makan saja sulit. Sekarang ayo bayangkan ketika yang kita tanam adalah sifat tawadlu' maka kemudian yang kita rasakan dan boleh jadi yang dirasakan oleh orang sekitar adalah kedamaian, kenyamanan dan kehormatan, dan sekarang coba yang ditanam adalah kesombongan, apa yang akan kita tuai? tidak lain adalah kebencian dari orang lain dan yang lainnya silahkan kalian bayangkan sendiri. PR untuk kita semua, mari kita semua membayangkan jika yang kita tanam adalah sifat adil, pemurah, pemaaf, welas asih, jujur..apa yang kira-kira terjadi di kehidupan kita di bumi ini. Bandingkan enak mana dengan  ketika yang kita tanam adalah dendam, angkuh, pongah, penipu, kejam, pelit, mau menang sendiri dan semacamnya. Pikirkan dan bandingkan, kemudian tentukan apa yang akan kita tanam.
Di akhir cerita ini, marilah kita rawat bumi ini, kita sayangi tempat tinggal sementara kita ini, kalau tidak bisa menjaga minimal jangan kita rusak. Begitu juga dengan jiwa ini mari kita tanami kebaikan saja demi kenyamanan di tempat tinggal kita yang abadi nanti. Ayo Nandur bukan hanya sebuah tagar/hastag, namun sebagai ajakan untuk memperbaiki bumi dan jiwa ini. Akhir kata Ayo Nandur ben gak Ajurr--Ayo menanam(kebaikan) supaya tidak Ajur(rusak).

Wallahu a'lam bisshowab

cak S

cerita selengkapnya

The Competitor

Ada tiga bait syair di kitab tipis karya Imam Ghazali, Ayyuhal walad(Wahai Anakku Yang Tercinta), kitab tipis namun dahsyat banget isinya. Syair tersebut jika diartikan ke bahasa Indonesia isinya sebagai berikut:

sesungguhnya memanggil-manggil di kegelapan malam burung merpati yang bertengger di atas kayu. Ia terus saja menangis kerinduan, sedangkan aku mabuk dalam tidurku.

Bohong, sebenarnya bohong aku, demi Tuhan yang memiliki Baitullah. Seandainya aku benar seorang yang asyik(rindu akan Allah Ta'ala) sudah tentu burung-burung itu tidak akan mendahuluiku menangis.

Aku mengaku bahwa aku seorang pecinta yang bersangatan dahaga untuk bertemu kekasih, namun kenapa aku masih belum bisa menangis seperti menangisnya binatang-binatang itu.

Syair inilah yang menginspirasiku untuk membuat design kaos seperti gambar di atas. Bayangkan ke tawadhu'an dari seorang hujjatul islam sekelas Imam Ghazali berlomba-lomba dalam hal kebaikan.
Iya, sejak ketemu sajak tadi, kutekadkan diri untuk berkompetisi dengan burung-burung, bangun sebelum mereka berkicau..namun alangkah malangnya diri ini karena sampai detik ini kalau di skoring masih kalah jauh dari burung-burung itu, sepertinya jiwa dan tubuh ini masih saja dipenuhi oleh rasa malas untuk bangun dan menangis seperti burung-burung itu. Sebelum artikel ini ditulis, pernah kucerita tentang godaan dari jin dan manusia dalam artikel dengan judul "Snooze" rupa-rupanya isi di cerita tersebut terjadi pada diriku. berat memang sungguh berat menghadapi godaan dari diri sendiri ini.

Ah, aku ga mau kalah ah dengan burung-burung itu, kunyatakan bahwa mereka adalah kompetitorku dalam urusan ini. Tapi berat rasanya melawan mereka jika jiwa ini, tubuh ini masih dipenuhi kemalasan. Mengingat lagi pengajian yang lalu-lalu, bisa jadi kemalasan tubuh dan jiwaku ini disebabkan tebalnya lemak dosa yang menempel di tubuh dan jiwa ini. Dosa-dosa yang terus terkoleksi menebal karena kelalaian dan kurangnya kesungguhan untuk menjalankan perintahNya dan menjauhi laranganNya. Satu-satunya jalan untuk mengurangi ketebalan lemak dosa ini hanyalah maghfiroh dan rahmatNya. Bicara tentang maghfiroh atau ampunanNya, teringat kembali dawuh Allahummaghfirlahu Gus Farib bin KH Achmad Shiddiq Jember ketika berkesempatan bercengkrama di kediaman beliau yang sungguh adem. Tiba-tiba beliau cerita tentang dua orang yang sama-sama berlomba menuju kebaikan, yang satu ketika berbuat salah langsung minta maaf dan yang satunya selaku korban menahan amarahnya dan memberikan maafnya, langsung beliau menyambung mengucapkan penggalan satu ayat "wal kadziminal ghoido wal 'aafiina 'anin nas" dan ini langsung menyembuhkan lukaku, for your information saja, ketika berangkat ke kediaman beliau, hati ini penuh dengan kemarahan dan kejengkelan kepada seseorang. Entah bagaimana bisa nyambung dengan cerita dari Gus Farid tadi, mungkin itu salah satu kelebihan beliau. Selang beberapa lama kusempatkan mencari penggalan surat tadi di AlQuran, dan masyaallah ternyata jika dibaca lengkap dan menyeluruh, ternyata Gusti Allah memberikan petunjuk lewat dawuhnya Gus Farid tadi bagaimana bersikap kepada si pembuat jengkel tadi. Mau tau selengkapnya ayat tersebut? monggo dibuka AlQurannya di surat Ali Imron ayat 133-136. Apa isinya? ijinkan kubercerita sedikit ya..

Begini ceritanya, di ayat-ayat tadi kita dianjurkan untuk berlomba-lomba menggapai maghfiroh dan surganya Gusti Allah, caranya? begini caranya yang ternisbat dalam ayat-ayat tersebut.
Berinfaq/sedekah baik dalam keadaan lapang maupun susah.
Jangankan di waktu susah, di waktu lapang saja, manusia model seperti aku ini sangat "eman" "terlalu sayang" jika harta hasil kerja keras sampai menghabiskan waktu untuk keluarga dikeluarkan untuk infaq. Rupa-rupanya inilah yang selama ini menjadi penghalang pintu maaf. Padahal pernah dulu mendengarkan pengajian tentang ikhlas. Salah satu pengertian ikhlas yang dijelaskan waktu itu adalah rasa berat. Begini gampangnya, semisal kita punya uang 100juta terus kita infaq 10ribu perak terasa berat ga? atau lebih berat mana ketika berinfaq 10jt? kalau kita memilih berinfaq yang 10 ribu itu namanya gak ikhlas karena tidak ada artinya uang 10 ribu dibandingkan 100 juta, lain halnya dengan infaq 10 juta, lumayan berat kan, dan kalau itu kita anggap berat namun tetap kita infaq-kan maka itulah yang disebut ikhlas. Jadi gak ada istilah "sedikit gakpapa asal ikhlas"..hehehe berat ya?
Sebenarnya ini yang coba ku latih, bahwa sebenarnya kalau kita ingat kondisi kita saat dilahirkan, kita polos, tidak ada satupun atribut yang menempel di badan kita, terus lama kelamaan kita belajar makan sampai pada akhirnya belajar cari makan, siapa coba yang memberikan kita kemampuan untuk makan dan mencari makan? Ilmu kita? gelar kita? pekerjaan kita? Bukan, itu semua hanyalah media atau jalur, tetaplah yang memberi rizki kita adalah Gusti Allah. Memang Gusti Allah tidak menyuapi kita secara langsung, namun dengan petunjukNya kita diberikan jalan untuk mencari sumber-sumber makanan kita. Dengan mengingat kembali asal usul kita setidaknya sekarang agak tidak "eman" untuk mengeluarkan infaq, baik untuk keluarga mauun untuk amaliah ibadah yang lain. Rahasia tentang infaq banyak sekali di hadits, alQuran maupun kisah-kisah sahabat bahkan di masa kini, bagaimana sebenaranya infaq itu tidak akan membuat kita miskin atau kekurangan. Namun ada satu ayat di alQuran yang kupegang erat tentang infaq ini, di surat as saba ayat 39 disebutkan "apapun yang kamu infaqkan maka Allah akan menggantinya". Nah, kalau sudah begini apakah masih ada keraguan. ini ayat Qur'an loh yang tidak ada satupun keraguan padanya.
Memang di situ tidak disebutkan bagaimana Allah menggantinya, namun jika yang berjanji mengganti adalah Allah Rabbal 'Alamin apakah masih kah ada keraguan? Memang sih, penggantian itu bisa jadi langsung, tidak langsung, di dunia, di akherat nanti, bentuknya apa, kita semua tidak tahu. Yang pasti akan diganti, dan bagiku itu sudah cukup karena apapun itu pemberian dari Allah tidak lain adalah bentuk dari kasih sayangNya kepada hambaNya. Ya...semoga saja dengan menulis gini bisa menjadi pengingatku untuk tidak lagi malas berinfaq baik dalam keadaan lapang maupun susah, mugi-mugi Gusti Allah selalu memberikan RahmatNya.

Menahan amarah dan memafkan kesalahan sesama manusia
Menurut C.P. Chaplin, Anger (marah, murka, berang, gusar,  kemarahan, kemurkaan, keberangan, kegusaran) adalah reaksi emosional akut ditimbulkan oleh sejumlah situasi yang merangsang, termasuk ancaman, agresi lahiriah, pengekangan diri, serangan lisan, kekecewaan, atau frustrasi, dan dicirikan oleh reaksi kuat pada sistem syaraf otonomik, khususnya oleh reaksi darurat pada bagian simpatetik, dan secara implisit disebabkan oleh reaksi serangan lahiriah, baik yang bersifat somatis atau jasmaniah maupun yang verbal atau lisan. (CP. Chaplin, Dictionary of Psychology Terj. Kartini Kartono).
Itu menurut Chaplin, menurut kalian bagaimana? kalau pengalamanku seh amarah itu akan timbul jika adanya ketidak sesuaian antara realita dan harapan. Menggarapkan ketenangan eh ada saja yang ganggu. Pengennya pulang cepat-cepat eh ada saja yang menghalangi,. Pengen kerjaan cepat selesai ehh ada saja gangguannya. Pengen anak nurut ehh malah ada saja tingkah polanya, pengen makan ehh ga ada yang dimakan. Sesuatu yang tidak sejalan dengan cara pikir dan kehendak kita. Selain itu terkadang amarahku dipancing ketika diremehkan orang, dicuekin gara gara hanya pake sandal jepit, ga dilayani hanya karena wajah kusam, dan lainnya. Istilah anak sekarang ketika gengsi disinggung. Penyebab lainnya ketika yang menjadi hak kita dilanggar, atau penyebab sepeleh seperti diklakson klakson terus.
Apapun penyebabnya seharusnya kita ga boleh kalah dengan amarah kita.  Caranya gimana? Ya seperti tadi, berlatih dan berlatih, berat? Ya kudu dipaksa. Terkadang untuk memperoleh uang kita memaksa diri kita untuk giat bekerja, untuk memperoleh tubuh yang ideal kita paksa kita latih terus tubuh kita, olah raga, menjaga makan dan lain lain. Intinya ketika kita mau bersusah susah mendapatkan yang kita idamkan, maka selanjutnya tidak ada alasan lagi untuk belajar bersabar. 
Ini bukan trik, tapi cerita saja bagaimana biasanya diriku menahan amarah:
Menunda marah sekian detik, bisa dengan menghela nafas panjang, ambil wudlu. Kalau gak yang kulakaukan adalah mengingat apa yang dulu pernah didawuhkan oleh Allahummaghfirlahu bapak, bahwa ketika kita marah maka kita telah menghilangkan 2/3 dari otak kita, makanya ketika ada orang marah yang keluar bisa jadi hanya makian dan amarah bukan solusi untuk menyelesaikan masalah. Sayang sekali otak yang begitu berharga itu tidak kita pergunakan hanya karena emosi sesaat kita. selanjutnya yang agak ampuh adalah dengan mengingat kebaikan orang yang akan kita marahi, dan mengingat bahwa setiap orang itu punya kehendak dan cara pikir juga yang mungkin akan berbeda dengan kita. Selama perbedaan pola pikir dan tidakan itu tidak menciderai iman seh okay, tapi kalo sudah menghina Allah dan Kanjeng Nabi yo gak bisa di biarkan. Semisal saja dalam menghadapi anak-anak, ya gak bisa terus kita berharap anak itu akan nurut terus lah wong dunia mereka juga berbeda dengan kita, apa yang kita anggap serius bisa jadi mereka anggap sebagai guyonan, lah kalau kita terpancing ya berarti kita masih kanak-kanak. Atau kalu tidak coba ingat-ingat ketika kita masih kecil dulu, mungkin kita juga seperti anak-anak itu, rewel, gak mau makan, gak mau tidur siang. Itu semua adalah perilaku yang boleh jadi semua anak akan mengalaminya, cara meredam amarah adalah dengan menginat perilaku kita jaman dulu. Berat? ya berat, tapi harus dilatih. Terus ada saja gangguan dari orang yang pengennya menang terus, wah ini juga agak susah. Pengalamanku dalam menghadapi orang seperti ini ya harus mengalah atau kalau tidak bisa ya dihindari saja. Kalau kata Morrie Schwartz seperti tertulis di buku Tuesdays with Morrie karangan Mitch Albom, terkadang kita memang harus mematikan rasa. Selama dia tidak menginjak injak keimanan kita dan harga diri. wiik harga diri? apa itu? ga tau aku, mungkin kalian yang bisa menjawabnya sendiri. Bagaomana kemudia jika orang itu salah dan mesti kita ingatkan? ya sampaikan dengan ma'ruf, dengan baik dan lemah lembut..abot ya? berat ya? ya, mari kita berdoa semoga bisa mengamalkannya.
Ada juga orang yang akan puas jika bisa memarahi orang lain, akan lega hatinya jika bisa meluapkan emosi dan amarahnya, kalau sudah ketemu orang seperti ini mending kita menambah level kesabaran kita sambil terus meminta pertolongan Gusti Allah. Garis tebal kiranya perlu diberikan pada kalimat menahan amarah, karena ini tertulis di alQuran maka ini adalah sebuah petunjuk yang mesti kita lakukan. Perkara puas dan tidak puas bisa jadi itu hanyalah hasrat sesaat kepuasan sesaat yang akan menjadi petaka di kemudian hari. Bisa jadi luapan emosi tersbut terjadi karena kebencian yang terus menumpuk terhadap sesorang kemudian meluap menjadi letupan kalimat yang jahat. Apakah salah? salah. jelas petunjuknya adalah menahan amarah. Bahayanya adalah ketika pemenuhan kepuasan ini dianggap benar, ketika ini terjadi maka akan ada pembenaran akan hal ini, dianggap benar jika marah, dianggap wajar jika menghardik orang, dianggap sah jika melukai hati seseorang, dan pelakunya kan merasa bahwa yang dia lakukan adalah sesuatu yang benar. Padahal itu adalah kepuasaan sesaat dibalik dosa dan adzab yang mengintai.
Yaaa..semoga saja kita semua bisa bersabar, dan mau terus melatih kesabaran.
Setelah menahan amarah, di ayat tersebut kita juga di suruh memberikan maaf kepada sesama manusia, banyangkan ada orang yang selalu merendahkan, menghina dan mendzolimi dan kita mesti memaafkan dia.  Wow, memang sungguh berat jalan mendapat ampunan dan surga ini, apakah ini sesuatu yang tidak mungkin? ini mungkin dan sangat bisa untuk dilakukan. Coba siapa suri tauldan kita? Kanjeng Nabi Muhammad kan, atau kalian punya panutan yang lain? kalau aku sih cukup kanjeng Nabi. Tentu masih ingat dan hapal tentang kisah beliau yang ditimbuki batu, dilempari kotoran dan disoraki ketika melawati daerah Thaif. Apa yang beliau lakukan marah kah? padahal kala itu Malaikat Jibril menawarkan akan membalas meraka dengan melempar satu dua gunung ke warga Thaif. Namun manusia paling mulia itu menolaknya karena beliau masih menaruh harapan bagi mereka untuk menjadi lebih baik di kemudian hari. Mau kisah yang lain? di shahih bukhari juga ada kejadian yang disaksikan Abdullah bin Mas'ud ketika Abu Jahal dan kroninya antara lain Utbah bin Rabi’ah, Syaibah bin Rabi’ah, al-Walid bin Utbah, Umayyah bin Khalaf, serta Uqbah bin Abi Mu’ith dengan sangat keji menaruh kotoran hewan di kepala Kanjeng Nabi tatkala beliau bersujud ke ilahi. Kurang ajar banget kan, kalaian tau apa yang dilakukan oleh Kanjeng Nabi? beliau tidak marah, siti Fatimah puteri beliau terkasih yang kemudian membersihkannya, Beliau tidak memerintahkan para sahabatnya untuk membalas perbuatan keji itu. Sudahlah, banyak lagi kisah tentang bagaiamana Kanjeng Nabi diperlakukan sangat hina oleh kaum Quraisy, dengan penuh kesabaran beliau menghadapinya. Ini adalah bukti bahwa seorang manusia bisa bersabar. Tapi kita kan bukan Nabi, iya bukan Nabi tapi adalah wajib bagi kita untuk meneladani Kanjeng Nabi, kalau bukan Kanjeng Nabi yang kita contoh lantas siapa lagi yang pantas kita tiru dan contoh.

Cepat cepat mengingat Allah dan memohon ampunanNya setelah melakukan kesalahan dan kedzaliman
Manusia itu diciptkan dengan segala keterbatasan dan hasrat, dan tidak jarang keterbatasan dan hasrat itulah yang membawa manusia untuk berbuat kejahatan. Kejahatan, kesalahan dan kedzaliman adalah sesuatu yang sangat susah untuk tidak kita lakukan, bisa ke sesama manusia bisa juga ke Sang Khaliq. Di lain pihak kita diminta untuk tidak pernah berputus asa akan rahmatNya Gusti Allah. Diharapkan dengan banyak berdzikir dan memohon ampunanNya kita bisa merengkuh rahmatNya tadi. Seperti peha kuceritakan di artikel Hatiku Remuk, bahwa esensi dari dzikir tidak hanya melafalkan lafad dzikirnya saja tapi memahami juga apa yang kita lafalkan. Lafal Allahu Akbar mengingatkan kita bahwa kebesaran itu hanya milik Allah, tidak sedikitpun hak pada kita untuk merasa besar dan menyombogkan diri, dengan begitu insyaallah kita bisa mengurangi kedzaliman kita yang berupa menghina, merendahkan orang lain. tidak lagi begitu pongah kepada siapapun baik yang di atas kita maupun yang di bawah kita.
Lafal dzikir Alchamdulillah, esensinya adalah untuk mengingatkan kepada kita untuk terus bersyukur terhadapa pemberian Gusti Allah baik itu ikmat ataupun cobaan, dengan terus bersyukur inilah diharapkan kita bisa mengurangi kesalahan berupa berputus asa, serta mengubahnya menjadi energi untuk berbagi dengan sesama. Banyak lagi lafal dzikir yang bisa dilafalkan begitu juga lafal untuk memohon ampunan Gusti Allah. Alangkah lebih baik lagi jika lafal-lafal tersebut bisa kita maknai esensinya dan kemudian menjadikannya sebagai alat untuk meningkatkan kebaikan kita baik kepada sesama manusia maupun menambah nilai pengabdian kita kepada Allah Subchanallahu Wa Ta'ala.

Demikian kiranya cerita ini akan berakhir di sini, dipenghujung cerita ini untuk menambah semangat kompetisi kita dengan burung-burung tersebut, mari kita simak dawuh Sufyan al Tsauri yang tertulis di kitab ini. Sesungguhnya Allah SWT menciptakan angin yang berhembus pada waktu sahur dan membawa dzikir-dzikir dan istighfar kepada Allah Malikil Jabbar. Sufyan juga berkata : “Pada awal malam seorang penyeru memanggil dari bawah ‘Arsy : Wahai para ahli ibadah bangunlah! Kemudian mereka bangun dan shalat. Ma Sya’a Allah. Kemudian sang penyeru Memanggil (lagi) pada tengah malam (setelah awal malam) Wahai orang-orang yang taat kepada Allah, bangunlah! Kemudian mereka bangun dan shalat sampai dating waktu sahur, dan ketika waktu sahur itu si Penyeru memanggil (lagi) Wahai para Mustaghfirin (yang meminta ampunan Allah) bangunlah! Maka mereka (pun) bangun dan beristighfar (kepada Allah). Dan ketika fajar menyingsing si Penyeru memanggil (lagi) Wahai para Ghafilun (yang lalai) bangunlah! Kemudian mereka bangun dari tempat tidurnya seperti mayit yang di bangkitkan dari kuburnya”.

Wallahu 'alam bisshowab
Surabaya, 5 Oktober 2016

cak S


cerita selengkapnya

Jumat, 30 September 2016

Merapi, antara Kebesaran dan Kekerdilan


Tidak terlalu lama dari hari ini ada seorang teman di kantor yang pengen membuat sebuah website yang berisi cerita petualangan dia selama mengembara kemana mana. Ya mungkin dia terinspirasi oleh blog ini wakakakaka...tapi beda, dia ga mau yang gratisan. Sudah lah tentang dia, karena sedikit memberi informasi ke dia mengenai membikin website maka secara otomatis membaca artikelnya yang memang banyak berisi tentang petualangan dia di alam bebas. Membaca tulisan dia di www.pangeranadventure.com jadi teringat sebuah perjalanan bersama dulur-dulur ins@n ke yogyakarta pasca erupsi merapi.
Sebenanarnya ke jogja juga tanpa rencana kemana saja nanti kami menuju, namun ternyata di benak yang masing-masingikut tadi ada beberapa keinginan yang sama yaitu ke tegalrejo dan yang kedua adalah bersilaturrahmi kepada mbah maridjan (alm) di daerah dekat kaki merapi. Oke jadilah kami mengunjungi mbah maridjan, sayangnya  ketika sampe di kediaman si mbah, ternyata beliau baru saja berangkat ke Jakarta untuk menghadiri undangan salah satu minuman suplemen yang beliau bintangi. Ya sudahlah, akhirnya kami ke merapi, bukan naik tapi melihat saja dari sekitaran bekas longsoran merapi.
Duduk, berdiri, duduk lagi berdiri lagi dan termenung yang bisa kulakukan waktu itu, bagaimana tidak tercengan melihat gunung segitu gedenya seraya membayangkan betapa mengerikannya ketika dia meletupkan isi di dalamnya, kedahsyatan dan kengerian itu masih bisa terasa dan terlihat dari bekas erupsi dan longsorannya, batu-batu segedhe gaban juga berserakan di mana-mana tidak heran jika ada salah satu warga bercerita ketika erupsi terjadi suara gemuruh ada dimana-mana boleh jadi itu ada suara batu gaban tadi sedang meluncur, abu abu vulkanik masih memutihkan lahan-lahan disekitaarnya, sambil memikirkan hal itu jadi teringat salah satu kisah dalam alQuran bahwa nanti kiamat yang namanya gunung ini akan berterbangan ngeri kan? kalau gunung sebesar merapi ini terbang kira-kira mau lari kemana?

Setelah berpindah tempat, tibalah, menurutku, salah satu lokasi melihat gunung merapi, alchamdulillahnya pas waktu itu tidak ada awan yang menghalagi bentuk merapi semuanya utuh, terlihat sangat jelas. Indah, gagah, kalem, wibawa, serta tidak bisa dianggap remeh, itulah kesan pertama yang kutangkap ketika melihat salah satu ciptaan Gusti Allah Yang Maha Besar, subchanallah..memang kita harus sering melihat ke alam untuk menggungah kembali keimanan kita yang terkadang mulai tertidur diantara kesibukan kita memuja gedung-gedung pencakar langit serta aktifitas di dalamnya.
Allahu Akbar, melihat gunung ini dengan berdiri di atas batu yang guedhe tidak sedikitpun mengurangi kegagahan merapi, malah semakin kesini semakin terasa kecil aku ini, sangat dan sangat kecil mendadak menciut ukuran tubuh ini menjadi seekor mikroba yang tidak ada apa-apanya. Melihat ciptaannya saja sudah begitu kecil aku ini bagaimana jika berhadapan dengan pencipta Gunung Merapi ini, oohhhh Allah begitu kerdilnya hambaMu ini. Dengan segala harta yang dipunya, segala kecerdasan otak segala kesehatan dan kebugaran waktu itu tidaklah ada apa-apanya diriku ini dihadapannya hanyalah seokor mikroba yang hanya mencoba terus beribadah kepada pencipyanNya. Melihat gunung Merapi yang begitu indah dan besar makin malu lah aku, dengan fisik dan otak yang kecil ini sudah pernah merasa berkuasa atas beberapa orang, sudah merasa penting, sudah merasa perlu dihormati, perlu dilayani dengan maksimal dan tidak jarang merasa lebih baik dari yang lainnya. Mahluk kerdil ini tidaklah ada apa-apanya dibandingkan dengan kebesaran Gusti Allah yang salah satunya ditunjukkan oleh Gunung Merapi ini. Dengan begitu masihkah kita berani menganggap lebih unggul diri ini di hadapan yang lainnya? segala kekerdilan yang ada di diri kita masihkah menghalangi kita untuk mengucapkan kalimat Allahu Akbar? sebuah kalimat yang mempunyai konsekuensi mengakui semua kekurangan kita dihadapan Dia Yang Maha Besar, sebuah kalimat yang membuat kita harus meletakkan dahi kita di tempat paling rendah yaitu tanah untuk selalu bersujud kepadaNya, bersujud dalam artian menyerahkan hidup ini hanya untuk beribadah kepadanya. Satu tahun, satu bulan, satu hari, satu jam, kita lalai tidak beribadah kepadanya tidak berdzikir atasnya maka sepertinya kita tidak benar-banar mengucapkan Allahu Akbar. Begitu juga ketika merasa lebih dari yang lainnya, merasa berkuasa atas yang lainnya maka di saat itulah kita telah melalikan esensi dari kalimat Allahu Akbar.
Semoga Gusti Allah memberi kesempatan lagi kepada mataku ini untuk melihat kebesaran ciptaanNya yang lain, tidak hanya mata harapanku, tapi mata hati ini, semua oragan semua indera semoga saja bisa menemukan dan merasakan kebesaran-kebesaranNya baik yang berbentuk besar, sedang, micro, nano, ataupun yang tidak berwujud. Semoga dengah hidayah dan petunjukNya kita dijadikan hamba yang "ndingkluk" tawadhu.
Wahai Gunung Merapi, insyaallah kapan-kapan aku akan bersilaturrahmi lagi ke panjenengan nggih...

Wallahu a'lam bisshowab
21 September, JS Luwansa, Djakarta

cak S

cerita selengkapnya

Selasa, 20 September 2016

Idul Adha, Momentum Kepatuhan

Bakar sate, bikin krengsengan, gule, dan asem asem bisa jadi sudah menjadi kegiatan rutin setiap idul qurban. Iya, di seluruh pelosok bumi, umat islam pada tanggal 10-13 dzulhijah melaksanakan ibadah qurban. Berbagai ukuran hewan qurban siap di qurbankan sebagai salah satu bentuk ketaatan kepada Gusti Allah.
Ibadah Qurban ini, tidak bisa dilepaskan dari kisah tentang Nabi Allah Ibrahim As beserta puteranya Nabi Ismail As juga sayidatina Hajar, istri nabi Ibrahim. Dalam kisah tersebut, nabi Ibrahim dikisahkan mendapatkan perintah untuk menyembelih putera tercintanya, Ismail As. Di sini Gusti Allah telah memberikan contoh kepada manusia, kita semua ini bagaimana seharusnya menjadi hamba yang patuh. Mari kita perhatikan, tidak ada sedikitpun keraguan di dalam hati nabi Ibrahim beserta keluarga dalam menjalankan apa yang sudah diamanatkan oleh Allah kepadanya. Sangat patuh, tanpa ada keraguan, tanpa bertanya. Kalau kita baca di AlQuran, begitu yakinnya mereka pada perintah Allah meskipun perintah itu datangnya lewat mimpi. Dan dengan keyakinan yang tinggi itulah mereka berhasil melawan ajakan iblis untuk berpaling dari perintahNya. 
Kepasrahan nabi Ismail dan Nabi Ibrahim dalam hal ini merupakan sebuah bentuk nyata dari sebuah kesabaran. Kisah ini diabadikan di alQuran seperti di Surat Ash shaaffaat 99-111. Dengan penuh keimanan memenuhi perintah dari Rabbnya.
Kesabaran Nabi Ibrahim ditunjukkan dengan rela mengorbankan anak yang sudah dinantikannya selama bertahun tahun, sebuah anugerah dan kebanggaan nabi Ibrahim ketika mendapatkan seorang putera. Di tengah kebahagian tersebut, harta yang paling berharga miliknya diminta oleh Gusti Allah. Putera beliau yang tercinta diminta Sang Khaliq. Apa yang beliau lakukan ketika dapat perintah ini? Tentu karena tingkat kesabaran dan kehambaan beliau sudah di level teratas, perintah ini dilakukan dengan penuh kepatuhan tanpa tanya dan ragu. Terus apa yang kita lakukan ketika mendapatkan perintah berkorban? Sudah gak usah berkorban dengan menyembelih anak, berapa banyak nikmat yang telah kita terima. Suatu saat ketika nikmat tersebut diminta lagi oleh Sang Pemberinya, kira-kira apa yang akan kita lakukan? Ketika kita diberi nikmat berupa harta, kemudian ada perintah untuk membersihkannya, apa yang kita lakukan? Berapa banyak harta yang kita korbankan untuk memenuhi perintahNya, berapa banyak untuk shodaqah, berapa untuk zakat, berapa untuk infaq, atau berapa yang sudah kita korbankan untuk memenuhi hasrat nafsu kita ? Mari kita hitung besar mana untuk memenuhi perintah atau untuk pemenuhan nafsu?
Nabi Ibrahim dalam berkorban tidak tanggung-tanggung, anaknya sendiri. Terkadang malu dengan kenyataan bahwa sering kali yang kita korbankan adalah yang sudah tidak kita senangi, ambil contoh semisal ketika ingin menyumbangkan pakaian ke korban bencana, maka yang kita kasihkan adalah yang sudah tidak kita gunakan atau senangi, contoh lain, dlam mengisi kontak infaq, yang sering kita(uppss saya ding) lakukan adalah lebih sering mengorbankan yang warna abu-abu daripada warna merah yang lebih kita cintai. banyak contoh lain yang mungkin bisa menggambarkan cara kita berkorban, yang selalu kita korbankan adalah sesuatu yang kurang baik. Ayo kita tanyakan pada diri kita sendir, dalam memilih hewan qurban kemarin, apa yang ada di benak kita, asal qurban, asal pilih, cari yang murah saja, atau malah cari yang paling bagus tapi mahal? Kan tidak ada syarat mahal, iya, tapi kan kalau menauladani Nabi Ibrahim, harus yang paling bagus paling dicintai toh. Apa sekarang yang paling kita cintai dan sayang? kalau aku dalam hal materi ya uanglah sekarang yang paling dicintai. Nah, mau ga sekarang kita mengorbankan uang kita untuk membeli hewan qurban yang berkualitas. Jadi inget pesen allahummaghfirlahu bapak "kalau milih hewan qurban itu kamu lihat, kuat gak kira-kira dia menjadi kendaraanmu besok di akherat. kira-kira kalau kamu naikin hewan qurban itu, patah ga kakinya" sebegitunya pikiran yang disampaiakan bapak dalam mengajari anaknya dalam hal berqurban.
Dulu ketika masih di bangku SMP sering mendengar guyonan orang-orang tentang qurban. " Kamu qurban apa? qurban perasaan" mungkin yang lagi ngobrol ini baru putus dari pacarnya. sering dan berulang-ulang kudengarkan bahwa ada yang qurban perasaan...boleh? ya enggaklah. yang disembelih ya hewan qurban bukan perasaan. Hmmm...khusnudzhon nya mungkin yang mereka maksud dengan mengorbankan perasaan memang bukan untuk pelaksanaan ibadah qurbannya ya tapi untuk hal yang lainnya. kalau dibaca lagi dari kisah Nabi Ibrahim atau yang lainnya yang berkenaan denga sabar, seringkali sabar itu muncul jika didukung oleh besarnya rasa cinta. Malah ada yang mengisahkan kenapa Allah menguji Nabi Ibrahim dengan perintah menyembelih anaknya tidak lain dalam rangka menguji seberapa besar cintanya Nabi Ibrahim kepada Allah, lebih besar mana cintanya kepada Allah atau kepada anaknya. Boleh jadi jokes tadi mengingatkan kembali bahwa ada rasa-perasaan yang mesti dikorbankan demi meningkatkan dan menumbuhkan rasa yang lain. Kita korbankan rasa "berkuasa" agar tidak lagi bersewenang-wenang kepada yang lain, kita korbankan rasa "kaya" supaya bisa lebih dermawan kepada yang membutuhkan, kita korbankan rasa "pintar" kita dengan tidak lagi membodohi orang lain, kita korbankan rasa "miskin" dengan merobohkan mental malas kita. Dan akhirnya kita korbankan rasa cinta kita terhadap "harta" demi menumbuhkan, memperbesar rasa cinta kita kepada Allah dan RasulNya. Pesan Allah sudah jelas mengenai hal ini, salah satunya "Katakanlah: "Jika bapak-bapak, anak-anak, isteri-isteri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan temapat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai dari Allah dan RasulNya dan berjihad di jalanNya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusanNya" Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang fasik." (at Taubah: 24)
Di waktu seperti idul adha ini, bacaan apa yang sering kita dengar di masjid masjid atau di langgar? Iya, kalimat takbir dikumandangkan di mana-mana seakan kembali mengingatkan kita akan kebesaran Allah. Dan ketika kebesaran Allah itu muncul, maka tidak ada nilainya kita, kita hanyalah mahluk lemah yang hanya karena belas kasihNya bisa menikmati alam ciptaanNya. 
Akhir kata, hadits qudsi "wahai hambaKu, patulah kepadaKu jalankan semua perintahKu dan jangan ajari Aku bagaimana membalasmu" seperti kaligrafi di blog ini adalah penjelasan singkat mengenai bagaimana kita patuh kepadaNya. Seperti halnya nabi Ibrahim, Nabi Ismail. Kepatuhan tanpa tanya, kepatuhan tanpa ragu. Bukan patuh karena butuh.

Wallahu a'lam bishowab
Rumah sakit Islam Surabaya, 15 September 2016

Cak S
cerita selengkapnya

Jumat, 26 Agustus 2016

Snooze

Dicerita sebelumnya, kuceritakan tentang kegelisahan hati dan sedikit triks untuk mengatasinya. Lah pas membahas soal kegelisahan kok ya pas membaca surah terakhir di pada AlQuran yaitu surah anNas. Ternyata Gusti Allah sudah menyampaikan dalam firmanNya itu bahwa sudah menjadi kodrat manusia yang hatinya akan selalu dihinggapi oleh rasa gelisah dan hasutan untuk berpaling dari Allah, berpaling dari kenyataan bahwa Allah lah satu satunya yang mesti ditaati dan disembah dalam hidup ini bukan kekayaaan, kemewahan, kekuasaan atau ketenaran.

Hasutan itu akan terus muncul, kapan dan seberapa besar hasutan itu kita bisa jadi mengetahuinya atau karena begitu halusnya bisikan dan hasutan itu kita tidak pernah menyadarinya. Terkadang kita marah dan menyesal kepada keadaan yang membuat kita terhalang untuk beribadah. Kitapun mengutuk yang namanya iblis, setan, jin atau bangsa sejenisnya. Kita menganggap merekalah yang menjadi penghalang kita untuk beribadah kepada Allah.

Namun, malu rasanya diri ini ketika mengetahui kenyataan seperti tertulis di surah anNas tadi, bahwa sesungguhnya yang sering membisikkan hasutan hasutan tidak lain ada dua golongan yaitu dari golongan jin dan manusia. Loh apa iya? Ingat, tidak ada satu keraguanpun dalam alQuran. Jadi kenyataan ini adalah benar adanya. Mau bukti? Let’s go…
Sering banget aku pengen untuk bisa sholat malam, kepingin meniru kanjeng Nabi gitu. Sudah kuat niatku untuk sholat tahajud, karena sholat tahajud dilakukan di malam hari dan setelah bangun tidur, maka hal yang terpenting adalah bagaimana bangun tidur tepat waktu sholat tahajud. Usaha yang dilakukan salah satunya adalah dengan setting alarm di handphone pada waktu tertentu. Setelah alarm itu berbunyi, apa yang kulakukan? Paling sering adalah tap di layarnya untuk mengaktifkan snooze..setelah tertunda lagi alarmnya, apa yang kulakukan, ya snooze lagi sampai akhirnya matilah alarm itu dan terlewatlah waktu sholat tahajud, malah terkadang lewat jugalah waktu berjamaah sholat subuh. Adakah pemirsa pernah mengalaminya? Insyaallah pemirsa jauh lebih baik dari aku.

Snoozing alarm ini adalah sebagai salah satu bentuk dari hasutan untuk berpaling meghadap Allah yang dibisiki oleh manusia, bukan manusia lain tetapi aku sendiri. Betapa sering aku membisiki hati dan otakku “nanti saja..masih jam 2 pagi, setengah jam 10 menit lagi deh..setengah jam lagi deh” atau “jangan bangun dulu, kamu baru tidur jam 11 malam, besok capai loh” atau denganredaksi bisikan yang lain, yang intinya adalah usah untuk menghambat, menghalangi tubuh ini untuk beribadah kepadaNya. Aku sendiri yang membatasi,l otakku sendiri yang menghalangi, ini loh otakku yang bicara, ini loh hatiku yang menyuruh. Entah ini keluar langsung dari hati atau otakku atau dari bisikan setan, tapi yang jelas, otakkulah yang menyuruh tubuh ini untuk menunda waktu sholat.
Itu masih contoh dalam hal sholat malam, berapa banyak rupiah yang batal kita donasikan ke kaleng masjid, yatim piatu dan fakir miskin karena merasa masih merasa belum kaya, belum cukup, belum sukses dan belum mulia. Berapa sering kekhawatiran bahwa kita tidak akan tercukupi kebutuhan kita ketika kita akan menjariahkan harta kita? Kita menunda infak karena takut besok tidak bisa makan, padahal stock makanan dan dollar masih melekat erat di rekening kita. Kita menunda berziarah ke haromain karena takut tidak bisa menikmati sunset di bali, wahana Disneyland ataupun salju di pegunung Alpen. Berapa sering pula kita menunda waktu sholat kita hanya karena meeting, kerjaan belum kelar, dipanggil bos ataupun yang lainnya?

Siapakah sekarang setannya? Kita atau bangsa jin itu?
Bisa jadi penundaan yang kita lakukan tadi ada porsi bisikan dari golongan jin, tapi sampai kapan kita akan membiarkan mereka menguasai hati dan pikiran kita. Tidak ada kata lain, selain kita harus melawan mereka. Seperti kata pejuang Negara ini dulu..Merdeka atoe Mati!!!! Dengan semangat kemerdekaan ini mari kita lawan terus menerus rongrongan penjajah setan ini dengan selalu berbuat baik, belajar untuk terus menjadi baik dan berusaha menjadi lebih baik setiap saatnya. Layaknya perjuangan kemerdekaan dulu, harus semangat dan tidak boleh berhenti berjuang. Dan seperti halnya kemerdekaan Indonesia, maka kemerdekaan atas hasutan jahat ini tidak bisa kita raih tanpa bantuan dari Gusti Allah, sudah seyogyanya kita harus jauh lebih gethol dan sering memohon perlindungan dan bantuan dari Allah Swt.  Sebagaimana pernah dikisahkan oleh sayyidtina Aisyah, Sesungguhnya apabila Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam ingin merebahkan tubuhnya (tidur) di tempat tidurnya setiap malam, beliau mengumpulkan ke dua telapak tangannya, kemudian beliau sedikit meludah padanya sambil membaca surat “Qul Huwallahu Ahad” dan “Qul A’udzu bi Rabbin Naas” dan “Qul A’udzu bi Rabbil Falaq,” kemudian (setelah itu) beliau mengusapkan ke dua telapak tangannya ke seluruh tubuhnya yang dapat beliau jangkau. Beliau memulainya dari kepalanya, wajahnya, dan bagian depan tubuhnya. Beliau melakukannya sebanyak tiga kali. Kanjeng Nabi Muhammad mengajari kita kebiasaan untuk berdoa memohon perlindungan Allah dari segala hasutan. Karena hanya dengan bantuan, dan kasih sayang, dan rahmatNyalah kita bisa menaklukan penjajahan hati ini..Semoga kita akhirnya bisa merdeka dan meraih kemenangan, semoga Gusti Allah selalu membantu dan merahmati kita. Merdeka!!

Diilhami mauidzoh by Gus Muqarrobin, semaan MANTAB jumat kliwon

Wallahu a’lam bishowab..
Bandara Halim perdana Kusuma Djakarta
22 Agustus 2016

Cak S
cerita selengkapnya

Hati yang Terkoyak

Beberapa hari dan bulan yang lalu ada rasa gelisah yang terus melanda, banyaknya kekhawatiran yang ada membuat tubuh ini dipenuhi kebingungan untuk menemukan sesuatu yang pas untuk dilakukan. Akibatnya sering timbul emosi yang meletup, prasangka, beberapa kecemburuan dan sekian banyak ke egoisan yang muncul. Sepertinya ada yang salah..mungkinkah hatiku sudah mulai rusak? Bisa jadi kondisinya seperti gambar di atas…remuk
Gambar di atas itu sebenarnya gambar organ hati manusia, sebuah organ vital dengan berat rata-rata 1.5 kg yang ada di dalam tubuh kita. Jika melihat dari berat rata-ratanya hati ini boleh dibilang sangat kecil dibandingkan dengan seluruh berat tubuh kita. Namun jangan salah, meskipun kecil jangan anggap remeh fungsi dari hati ini karena organ inilah yang diciptakan oleh Allah untuk menyaring semua racun dalam tubuhu ini. Bukan hanya itu, organ yang satu ini juga mempunyai fungsi-fungsi lain yang tidak kalah penting, seperti :
1. memproduksi empedu yg akan digunakan untuk mengolah memecah lemak dr makanan, shg usus bisa menyerap kolesterol dan vitamin, termasuk vit K yg penting untuk pembekuan darah.
2. Mengurai protein makanan agar bisa diolah dan diserap.
3. Metabolisme bilirubin
4. Mengurai karbohidrat
5. Menyimpan vitamin dan zat besi.
6 . Filter zat zat tertentu dari dalam darah agar tidak terakumulasi dan menimbulkan kerusakan.

Bayangkan saja bila hati ini tidak bekerja sebagaimana mestinya, tentu saja tubuh ini akan cepat rusak karena racun-racun baik yang dari luar atau dalam tidak ada yang ngopeni sehingga tentu saja akan sangat mengganggu fungsi kerja tubuh ini. Belum lagi jika lemak karbohodrat dan protein menumpuk, vitamin K kurang sehingga terjadi kelainan pembekuan darah. Bisa juga sel darah merah yang sangat dibutuhkan untuk mengantarkan oksigen ke seluruh tubuh akan terhambat pembentukannya karena hati tidak mau mengolah yang namanya zat besi. Ngeri kan? Makanya ayo kita jaga. Menjaganya sebenarnya tidak sulit kok cukup dengan asupan nutrisi serta istirahat. Biarkan hati bekerja dengan normal jangan terlalu ringan serta jangan terlalu berat.

Eitss..
Maaf untuk kali ini tidak akan bercerita soal organ hati ini, tapi hati yang lain..Hati yang lain
? iya hati dalam perspektif lain yaitu hati sanubari yang ternyata letaknya tidaklah di dalam organ hati manusia namun ada di dalam alam bawah sadar. Hati atau jiwa ini kalau di bahas mungkin bisa akan sangat panjang sebab teori yang menjelaskan jiwa ini sangat banyak dan sudah sangat lama dibahas dikalangan para cendikia. Sebut saja mulai jaman Plato, Aristoteles dengan teori anima nya. Atau teori dari psikoanalisanya freud yang menyatakan bahwa sejak diciptakannya jiwa sudah mengandung nilai baik dan buruk. Atau mungkin juga teorinya carl gustav Jung melalui faham transpersonalnya yang menyatakan bahwa manusia terlahir dalam keadaan suci hamper sama yang pernah disampaikan oleh Ibnu Sina dan para cendekia muslim lainnya.
Untuk detail mengenai jiwa insyaallah nanti akan kami ceritakan terpisah saja ya…tapi yang jelas, jiwa/hati manusia yang awalnya tercipta dalam kondisi suci dan bersih tadi bisa menjadi tetap bersih atau malah menjadi sangat kotor dan rusak. Semua itu tergantung kepada apa yang kita isikan ke hati kita tadi. Informasi tentang ketuhanan atau lebih banyak informasi dan sifat kesetanan atau kehewanan. Semua yang kita masukkan ke jiwa inilah yang bisa mewarnai hati dan jiwa kita. Monggo silahkan dipilih mau warna apa. Hati yang awalnya suci bersih ini ketika terus menerus dimasuki oleh sifat-sifat seperti Ujub, riya’, takabur, suudzon, hasut dengki dan kawan-kawanya bisa jadi akan semakin cepat rusak dan berpenyakit. Jika jiwa ini sakit, kemungkinan besar kita akan mengalami ketersesatan hidup karena kompas kita, barometer kita, rusak tidak bisa menunjukan arah yang benar. Kita tidak mau dong asset berharga kita rusak begitu saja. Nah, sebenarnya mbah-mbah kita dulu sudah pernah menyiapkan pencegahannya, salah satunya Sunan Bonang melalui syiiran yang beliau tuliskan, syiir yang sering kita dengar dilatunkan di surau, langgar, musholla ataupun masjid.  Syiiran tersebut kurang lebih berbunyi :

Tombo ati iku limo perkorone
Kaping pisan moco Qur’an lan maknane
Kaping pindho sholat wengi lakonono
Kaping telu wong kang sholeh kumpulono
Kaping papat weteng iro ingkang luwe
Kaping limo dzikir wengi ingkang suwe
Salah sawijine sopo biso ngelakoni
Mugi-mugi Gusti Allah nyembadani

Kalau diartikan ke bahasa Indonesia, syiir karangan sunan Bonang atau raden makdum Ibrahim ini sebagai berikut:
1. Membaca AlQuran dan menghayati maknanya
Ayat pertama yang diwahyukan adalah perintah membaca, maka menjadi sangat penting bagi kita untuk membaca apalagi membaca AlQuran yang tidak terdapat satupun keraguan di dalamnya. AlQuran sendiri diturunkan salah satu fungsinya adalah sebagai syifa' atau obat bagi manusia, sebagaimana yang disebutkan dalam surah al israa ayat 82 “Dan Kami turunkan dari Al Quran (sesuatu) yang menjadi penawar  dan rahmat bagi orang yang beriman, sedangkan bagi orang yang zalim (Al Quran itu) hanya akan menambah kerugian.” Termasuk di dalamnya obat untuk penyakit hati di atas.
Meskipun membaca AlQuran tanpa mengerti maknanya juga mendapatkan pahala, jangankan gitu, senang mendengarkan orang membaca Quran loh diberi pahala. Namun di syiirnya sunan Bonang selain menganjurkan membaca AlQuran juga dengan menghayati maknanya.
Belakangan banyak sekali yang membaca AlQuran nya dengan suara dan lagam yang bagus, banyak juga yang bisa menghafalkannya bahkan sampe menjadi acara kompetisi di tv atau dimana-mana. Disatu sisi lain ada juga ketakutan akan kenyataan bacaan AlQuran hanya sampe ditenggorokan tidak bisa menembus sanubari. Disinilah penghayatan akan kandungan dari setiap ayat menjadi sangat diperlukan. Kenapa diperlukan? Ya untuk mengeluarkan dan medapatkan cara menemukan penawar dan rahmat yang terkandung di dalamnya sebagaimana disebutkan dalam surah al israa tadi. Cobalah kita lihat dan hayati satu persatu ayat alQuran insyaallah disitu akan ditemui berbagai kisah, dan contoh yang akan membawa kita ke jalan yang benar. Jika ingin cara bersabar bisa dibaca di surah yusuf, kalau ingin belajar ketabahan juga bisa meniru Nabi Nuh, jika pengen tau soal qiyamat silahkan baca surat waqiah, pengen tau bagamana mendidik anak bacalah surah al luqman, peengen tau bahaya rakus bacalah at takatsur, kisah tentang orang tamak, sombong, ujub serta hukumannya semuanya ada di dalam alQuran. Dan semua itu bisa kita temukan jika kita mau membaca alQuran, kemudian semua kisah itu akan menjadi pelajaran berarti jika tidak hanya kita baca tetapi juga kita pahami dan hayati..

2. Menjalankan Sholat Malam
Setiap malam kanjeng Nabi itu menghidupkan malamnya dengan beragam ibadah, dan salah satu ibadah yang rutin beliau lakukan adalah sholat tahajud, yang di artikel sebelumnya disebutkan beliau sholat sampe bengkak kakinya. Shalat tahajud adalah sholat sunnah yang dibadikan dalam alQuran salah satunya adalah di surah al Israa ayat 79 – 81 “Dan pada sebagian malam, lakukanlah shalat tahajud (sebagai suatu ibadah) tambahan bagimu, mudah-mudahan Tuhanmu mengangkatmu ke tempat yang terpuji[79].Dan katakanlah (Muhammad), "Ya Tuhanku, masukkan aku ke tempat masuk yang benar dan keluarkan (pula) aku ke tempat keluar yang benar dan berikanlah kepadaku dari sisi-Mu kekuasaan yang dapat menolong(ku)[80]. Dan Katakanlah, "Kebenaran  telah datang dan yang batil telah lenyap.” Sungguh, yang batil itu pasti lenyap[81]. Kalau dilihat dari terjemahan di atas, shalat tahajud bisa menempatkan yang melakukannya dengan ikhlas ditempat yang terpuji. Bagaiamana kita bisa mencapai tempat yang terpuji tersebut adalah hanya dengan pertolongan Allah, dengan jalan apa? Dengan jalan mengetahui mana yang hak dan mana yang batil, mana yang benar dan mana yang salah serta pertolongan kekuatan dan rahmat untuk bisa menjalankannya. Coba tengok do’a setelah sholat tahajud yang biasa dipanjatkan, disitu isinya mengakui dan memuji Allah dengan semua kuasanya serta permintaan akan pertolongan dan rahmat Allah. Kalau kita sudah terbiasa mengetahui, memuji dan memohon kepada Allah dengan penuh ke-ndingluk-an atawa tawadlu insyaallah kita akan terhindar dari kesombongan.

3. Berkumpullah dengan orang sholeh
Manusia memang diciptakan sebagai mahluk yang sempurna, namun terkadang banyak perilaku dan kejadian yang akhirnya membuat manusia lalai dalam menjalankan misinya sebagai khalifah di bumi ini. Dua sifat yang melekat pada manusia adalah salah dan lupa. Dan ketika salah dan lupa itu melanda ada dua kemungkinan, kita bisa menemukan kesalahan itu sendiri atau tidak. Terkadang kita juga lupa apa yang sebaiknya dilakukan dalam hidup ini. Berkumpul dengan orang shalih, orang yang dengan kadar keilmuan yang tinggi dan kadar ibadah yang tinggi juga, mungkin bisa menjadi salah satu cara untuk mengoreksi diri kita. Keterbatasan ilmu pengetahuan kita bisa jadi menjadi penyebab ketidaktahuan kita terhadap segala kesalah dan dosa kita baik kepada Allah maupun kesalahan kepada manusia lainnya. Kurangnya ibadah juga bisa membuat hati kita begitu tertutup akan petunjuk-petunjuk yang sebenarnya diberikan oleh Allah kepada kita agar hidup selamat dunia dan akherat.
Keberadaan orang sholeh ini sangat penting untuk mengatasi hal-hal demikian. Maka menjadi penting untuk sering bergaul dan berkumpul dengan orang sholeh, setidaknya kita menjadi termotivasi untuk menjadi lebih baik, karena insyaallah orang sholeh tersebut tidak akan menjerumuskan kita ke hal-hal yang sesat.

4. Betah menahan lapar
Betah menahan lapar ini tidak ada hubungan langsung ke diet melainkan ke puasa. Iya puasa. Ibadah yang satu ini sungguh istimewah, salah satu keistimewaan ibadah ini dibandingkan dengan ibadah yang lain adalah dalam kedudukannya dihadapan Allah. Kalau ibadah lain itu diaturkan untuk hamba, sedangkan puasa itu untuk Allah, sehingga pahala dari puasa hanya Allah sendiri yang mengetahuinya.
Ibadah yang sangat rahasia, sehingga yang tau tentang ibadah ini hanya yang menjalankan dan Allah.
Ada banyak sekali jenis puasa, ada puasa wajib yaitu puasa bulan Ramadhan dan puasa sunnah. Puasa sunnah sendiri beragam macamnya, puasa senin kamis, Daud, ayamul bydh dan masih banyak lagi macamnya. Apapun jenis puasanya ada satu persamaan yaitu menahan lapar dari fajar hingga Maghreb. Lapar yang ditahan selama itu tidak lain sebagai bahan pelajaran untuk menaklukkan nafsu sebagaimana disebut bahwa perang melawan hawa nafsu ini jauh kebih berat dibandingkan dengan perang badar. Latihan yang terus menerus bisa jadi menjadi kunci bagaimana menaklukkan si nafsu ini. Sifat nafsu sendiri seperti energy, sangat susah dimusnahkan, namun energy bisa  diubah ke bentuk yang lain, makanya yang bisa dilakukan adalah mengalihkan nafsu tersebut menjadi hal-hal yang lebih berguna, nafsu makan dialihkan menjadi energy untuk berbagi ke sesama, nafsu melihat sesuatu yang tidak baik dialihkan menjadi semangat untuk mebaca ayat-ayatNya, nafsu menggunjing seseorang dialirkan menjadi tenaga untuk saling menyampaikan nasehat dan informasi-informasi yang baik dan berguna. Nafsu marah bisa dialihkan ke energy untuk saling menyayangi dan menjaga. Dibalik semua energy yang dikandung dalam pelaksanaan ibadah puasa tadi terdapat juga energy lain yaitu energy untuk merasakan bagaimana menjalani hidup ini dengan segala keterbatasan. Kehidupan yang kita jalani sekarang bisa jadi jauh lebih baik dibandingkan dengan manusia lain yang masih harus menanggung kelaparan saben saat. Disaat itulah diharapkan timbul rasa syukur dan cukup, sehingga kita tidak lagi bernafsu menumpuk-numpuk harta, tidak lagi rakus.

5. Memperbanyak dzikir pada malam hari
Kata dzikir ini kalau diartikan secara gampang adalah "mengingat". Apa sih yang mesti diingat sampai sampai di AlQuran disebutkan bahwa yang bisa membuat hati menjadi tenang tidak bergejolak itu adalah Dzikir? Tentunya bukan mengingat akan berapa banyak rupiah di rekening kita, berapa meter luas tanah kita, dan tentu bukan masalah kerjaan kita serta berapa jauh kita pernah berpetualang menjelajahi bumi ini.
Mengacu pada kalimat dzikir yang sering dibaca atau didengar, jawaban dari pertanyaan di atas mengenai apa yang bisa membuat hati adem adalah dengan mengingat kebesaran, kesucian, kebaikan serta yang paling penting adalah mengingat KeEsaan Allah swt. bukan deadline pekerjaan bukan nota dinas bukan juga omelan atasan.
Coba bayangkan ya, ketika kita disatu posisi menganggap begitu hebatnya karya atau pekerjaan yang telah kita lakukan, kemudian bandingkan dengan  melihat ke alam sekitar, rasakan keindahannya, resapi(subchanallah) tidak ada apa-apanya kita dengan semuakeindahan yang telah diciptakan oleh Dzat Yang Maha Suci itu.
Ketika kita merasa begitu miskin, kekurangan, terhimpit berbagai masalah, ingatlah hidung kita masih bisa menghirup oksigen, sel darah kita masih bisa menyalurkan oksigen itu keseluruh bagian tubuh, oksigen yang masuk nyampe juga ke otak, sehingga kita masih bisa berpikir dan hidup. Nikmati ceriahnya hari dan hangatnya mentari dengan tubuh kita. Masihkah kita tidak mengucapkan (alchamdulillah)? Kurang? Bagaimana dengan tidur nyenyak di rumah kita, bagaimana kita tidak kehujanan di jalan karena kita mengendarai mobil, bagaimana dengan gaji yang kita terima saben bulan, bagaiamana dengan hasil pertanian, perkebunan atau segala usaha kita, bagaimana kita bisa tertawa bersama anak dan keluarga kita, bagaiamana dengan makanan dan minuman yang sering kita santap, sudahkah kita mengucapkan terimakasih kepada Dia Yang Maha Pemberi dan Pemurah, sudahkah kita mengingat dan berdzikir, mengucap…Alchamdulillah
Disaat semua semua kebahagiaan semua keingan tercapai terkadang kita lupa, yang ada kesombongan, mengkerdilakan yang lainnya entah lewat harta, lewat kuasa, ataupun lewat kedudukan yang telah kita capai, sampai naudzubillah mindalik mengucapkan ini loh AKU. Segeralah melihat ke langit angkasa sana lihatlah semua planet, satelit yang ada di sana, lihatlah ke awan, lihatlah ke bulan dan bintang. Kemudian lihatlah ke lautan dengan segala isinya, gunung dengan segala kegagahannya, padang pasir, rerumputan, hutan dan segala yang merambat, merayap, berlari, terbang di bumi ini. Semuanya hanya diatur, dibangun oleh satu Dzat, Dzat Yang Maha Agung, Dzat Yang tidak pernah kesusahan untuk mengatur bumi dan langit beserta isinya. Allahu Akbar..Allahu Akbar..Silahkan sombong kalau memang kita sudah lupa akan semua kenyataan itu, selahkan berbangga jika kita sudah lagi tidak mengingat semua kebesaran itu.
Sejak kita dilahirkan sampai sekarang ini, berapa banyak sih kepala kita taruh bersujud di hadapannya? Lebih banyak mana dengan jumlah rakaat yang kita lalaikan, berapa banyak yatim piatu dan fakir miskin kita telantarkan disaat kita sibuk mengisi rekening dan perut kita. Atau mari kita sebutkan dan ingat dosa kita masing-masing, ayo kita mulai dari yang kecil sampai yang besar, ingatlah niscaya jiwa ini tidak akan bisa menanggung semuanya, dan hanya dengan mengharapkan ampunanNyalah jalan untuk kembali ke harkat martabat kita sebagai manusia. Mengingat semua dosa dibarengi dengan mengingat sifat pemaaf Yang Maha Memaafkan adalah sebentuk dari kalimat dzikir Astaghfirullah…
Hidup ini akan terasa hampa tanpa sinaran agama, pernahkah kita mengingat bagaimana bisa agama ini sampai ke kehidupan kita, tentulah karena satu orang, manusia biasa yang sangat luar biasa yaitu Kanjeng Nabi Muhammad saw yang telah dengan begitu sabar dan lembut memberikan suri tauladan bagaimana kita menjalani kehidupan di dunia yang fana ini dan bagaimana kita mempersiapkan untuk kehidupan akherat kelak. Seorang hamba Allah yang rela dengan ikhlas mengorbankan seluruh yang ada di dirinya untuk umatnya. Kalau kita baca lagi sejarah betapa beliau ikhlas menjalankan perannya sebagai seorang  Rasul, lihatlah betapa beliau dihina dengan dilempari batu dan kotoran, betapa nyawa beliau terancam pada saat akan hijrah dan lihat lah semua perjuangan beliau lewat perang-perang yang beliau lakukan bersama para shabat tidak lain hanya untuk menyampaikan kalimat “laa ilaha illa Allah” sehingga bisa didengar di seluruh penjuru bumi hingga nanti hari akhir. Pengorbanan tiada akhir yang sampai menjelang wafatnya beliau masih mengingat umatnya. Tidak hanya di dunia ini, syafaatnya lah yang kita tunggu tunggu di kehidupan berikutnya. Mungkinkah kita akan mendapatkan syafaatnya kalau kita tidak pernah menjalankan sunnahnya dan kita tidak pernah mengucapkan salam kepadanya, atau lebih parahnya kita menganggapnya sebagai manusia biasa saja. Come on gaesss, Gusti Allah dan para malaikatNya saja mengucapkan salam kepadanya, pantaskah kita untuk membatasi mengucapkan salam kepadanya, seberapa pantas kita untuk tidak bersholawat atasnya, gak kan? Untuk itu mari kita selalu ingat, berdzikir dengan bersholawat kepadanya. Allahumma Sholli ‘ala sayyidina Muhammad..
Dan puncak dari segala kehidupan ini adalah sampai diakhir hayat kita tetep bisa ingat, iman, dan melaflakan la ilaha illa Allah. Sebuah kalimat yang berarti penyerahan secara total kepada Allah, ndingkluk se ndingklukn-dingkluknya. Sebuah kalimat yang mengindikasikan kehambaan kita kepadaNya. Jika, kalimat ini bisa terpatri dan menyebar ke seluruh sel dalm tubuh ini, nisacya kita akan menjadi pribadi agung.
Tentu lafal dzikir tidak hanya yang tersebutkan di atas, masih banyak dan banyak lagi yang belum disebutkan, namun insyaallah intinya adalah sama yaitu bentuk ketidak mampuan kita serta permohonan, serta penyataan akan keagungan Gusti Allah Swt. Sunan Bonang dalam syiirnya ini mengatakan dzikir yang banyak tidak lain adalah untuk lebih menancapkan kalimat serta makna dzikir ini di sanubari dan otak kita. Bukankah otak itu laksana memory dalam sebuah perangkat elektronika. Memory yang akan menyimpan semua file yang diperlukan dalam melakukan sebuah proses logika. Bayangkan jika memory tersebut diisi dengan hal hal yang baik maka Insyaallah proses komputasinya akan menghasilkan perintah yang baik untuk dijalankan, begitu juga dengan tubuh ini, jika yang ada di otak dan pikiran kita lebih banyak yang baik maka Insyaallah perilaku kita menjadi baik. Ketika akan sombong ingat akan kebesaran Allah, ketika berputus asa ingat akan Allah Yang Maha Mengasihi, ketika akan menindas yang lain ingat akan kebesaran Allah. Begitulah ketika memory kita penuhi dengan dzikir kepadaNya yang Maha Kuasa.
Yang namanya dzikir tidak selalu dengan jalan melafalkan kalimat-kalimat thoyibah. Diharapkan dengan kebiasaan dzikir yang dilakukan oleh hati dan mulut akan memicu indra lain untuk bisa berdzikir kepada Allah. Melalui mata kita melihat ciptaanNya, ketika mata melihat itu diharapkan akan mengingat siapa Tuhan Maha Pencipta. Ketika mendengar deru ombak, lantunan ayat, lantunan sholawat ataupun kajian-kajian, kita, melalui telinga kita bisa mengingat kepada Gusti Allah yang Maha Adil. Bukankah soal pemanfaatan indra ini sudah pernah disinggung dan digaris bawahi di dalam alQuranul karim? Mari kita buka lagi al a’raff ayat 179 yang artinya kurang lebih ”Dan sungguh, akan Kami isi neraka Jahanam banyak dari kalangan jin dan manusia. Mereka memiliki hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka memiliki mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka seperti hewan ternak, bahkan lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lengah.”
Loh Kok jadi panjang ya tulisannya…ya sudahlah, mohon maaf ya pemirsa…
Pada akhirnya semoga kita bisa Istiqamah melakukan lima perilaku di atas, sehingga ruang yang ada di alam bawah sadar kita, hati sanubari yang terdapat di dalamnya terpenuhi oleh kebaikan. Layaknya doa setelah sholat witir mari kita selalu memohon hati yang khusuk, hati yang bisa mengarahkan tubuh ini untuk beribadah kepadaNya, hati yang bisa membuat kita selalu tawadlu ndingkluk. Ya Muqallibal qulub tsabbit qalbi 'ala dinika - wahai Dzat yang membolak balikan hati, tetapkanlah hatiku atas agamaMu (doa takhiyat akhir).

Wallahu a'lam bis showab
Cak S
cerita selengkapnya

Selasa, 09 Agustus 2016

Rakus



Masih ingatkah atau pernah dengar khutbah dari Ibn azZubair suatu hari di Mekah? Lah kalau belum pernah dengar atau sudah lupa, begini kurang lebih isi dari khutbahnya “Hai manusia ! Nabi sering mengatakan , " Jika anak Adam diberi lembah penuh emas , ia akan senang untuk memiliki kedua , dan jika ia diberi yang kedua , ia akan senang untuk memiliki ketiga, untuk apa-apa mengisi perut anak Adam kecuali debu . Dan Allah mengampuni orang yang bertobat kepada-Nya .” (Sahih al-Bukhari 6438)

Sebuah khutbah yang mantab kan? Dari hadits di atas secara tidak langsung tersirat salah satu sifat yang kemungkinan besar bisa menempel pada seorang manusia yaitu sifat merasa kurang. Ketika dia diberi lembah emas maka dia akan menginginkan yang kedua dan seterusnya. Hal ini juga sering kualami sendiri, yaitu merasa kurang akan apa yang ingin kumililki, punya motor pengen mobil, punya kamar pengen punya rumah, punya gaji 1 juta pengen 10juta, dan seterusnya. Sempat beberapa kali keinginan ini aku justifikasi sebagai sebuah kebenaran, kan enak kalau punya duit banyak, harta banya pasti bisa untuk membantu yang lain, tapi nyatanya setelah harta bertambah apakah niat baik untuk menggunakan harta tersebut terlaksana? Kebanyakan tidak, yang ada adalah menambah channel konsumtif ku, yang tadinya tidak perlu dibeli jadi dibeli, yang tadinya makan nasi bungkus jadi makan nasi dalam hot plate dan sebagaianya yang pada akhirnya seperti hadits di atas hanyalah untuk mengisi perut saja. Kalau kata salah seorang Guruku bilang Ahlul Buthun – ahli perut.

Kuajak dialog terus memoryku kira-kira kenapa kok bisa begitu? Ternyata sumbernya adalah keinginan, seperti kata bang Iwan Fals “keinginan adalah sumber penderitaan”..terus apakah kita tidak boleh berkeinginan atau bermimpi? Ya tentu boleh, tapi sejauh mana keinginan dan mimpi itu diset sedemikian rupa sehingga tidak menjadi sebuah penderitaan. Iya kalau penderitaan itu hnaya kita sendiri yang merasakan, karena tidak sedikit mimpi dan keinginan itu bisa juga membuat penderitaan bagi orang lain. Memang bisa mimpi atau keinginan itu bisa merugikan atau membuat orang lain menderita? Ya bisa saja, lihat saja berita-berita itu bagaiamana lingkungan dirusak hanya untuk membuat bangunan megah atau yang lebih aparah lagi dalam sebuah perusahaan karyawannya ditarget produksi ataupun jualan yang begitu besar sehingga banyak waktu yang terlewatkan, waktu dengan keluarga bahakan ada loh yang sampai waktu sholatnya terlewati dengan alasan masih ada pekerjaan. Ayo ada ga? Terus kalau sudah begitu siapa yang akan menanggungnya? Sampai meninggalkan sholat ya Allah…

Sayyidina Umar bin Khattab sering menasihati, “Cukupilah dirimu, niscaya akan lebih terpelihara agamamu dan lebih mulia dirimu.” Nah khalifah Umar saja suruh mencukupi diri. Iya bener, tapi kata yang dipilih “cukup” loh bukan “banyak” Karena di beberapa kisah yang lain sayyidina Umar ini, makanan yang tersedia di rumahnya hanya cukup untuk 1-3 hari loh. Kemudia yang jadi perdebatan dan pembingunan pikiran ya kata “cukup” itu. Setiap orang pasti punya definisi “cukup”, cukup untuk makan hari ini, cukup untuk 2 bulan atau cukup untuk 7 turunan? Loh…

Masalah cukup ga cukup dan keinginan yang berlebihan inilah yang terkadang akan membuat hati gelisah, pikiran kacau dan badan yang kurang sehat. Dan membuat banyak waktu yang terbuang, terutama waktu untuk melakukan kebaikan, baik itu kebaikan berupa ibadah kepada Allah atau kebaikan sesama manusia. Bukankah kanjeng Nabi pernah dawuh “ Ada dua berkah/kenikmatan yang sering manusia kehilangan/melupakan, yaitu kesehatan dan waktu bebas untuk berbuat baik”.

Untuk menghilangkan sifat kurang-kurang dan kurang tentulah bukan hal mudah, namun kita jangan berputus asa, karena jalan untuk menuju kehidupan yang lebih baik itu insyaallah terus terbuka selama kita mau berusaha dan dengan sangat ndingkluk memohon bantuan dan rahmat dari Gusti Allah. Salah satu trik dan jurus ampuh untuk menahan nafsu tadi adalah dengan bersyukur. Di artikel sebelumnya pernah kutuliskan salah satu bentuk bersyukur adalah meningkatkan ibadah kita kepada Allah. Bentuk syukur yang lain adalah dengan tidak menjadikan harta senagai satu-satunya parameter kekayaan. Cobalah dalam perkara harta melihatnya adalah ke bawah kepada orang-orang yang jauh di bawah kita. Ketika sering melihat ke bawah apa yang engkau rasakan? Bangga akan kekayaan? Kalau itu yang kita rasakan berarti ada yang salah dalam otak dan hati kita. Apakah iba dan bersyukur? Kalau itu yang kita rasakan mungkin masih ada secercah harapan. Namun iba saja tidak cukup, kasihan saja tidak cukup, seperti yang pernah dikatakan oleh pak pramoedya ananta toer rasa kasihan tanpa tindakan adalah bentuk kemanusiaan paling rendah. Nabi sebagai uswatun khasanah kita sudah memberikan contoh yang sangat mulia tentang berbagi sebagaiamana kisah dalam hadits tentang sahabat cHakim bin chizam berikut ini:

“Aku bertanya/meminta kepada Nabi ( untuk  uang ) dan dia memberi saya , dan sekali lagi saya bertanya/meminta kepadanya dan dia memberi saya , dan sekali lagi saya bertanya/meminta kepadanya dan dia memberi saya dan dia kemudian berkata , " Kekayaan ini adalah ( seperti ) hijau dan manis ( buah ) , dan siapa menerimanya tanpa keserakahan , Allah akan memberkati untuknya , tapi siapapun yang menerima/menyikapi dengan keserakahan , Allah tidak akan memberkati untuknya , dan dia akan menjadi seperti orang yang makan namun tidak pernah kenyang(puas) . dan atas ( memberikan ) tangan lebih baik dari yang lebih rendah tangan ( mengambil ) ."

Ya begitulah cara Nabi memberlakukan hartanya, yaitu berbagi dengan yang membutuhkan. Hati yang kaya insyaallah akan bisa menghambat sifat kerakusan yang ada dalam jiwa ini. Ijinkan di akhir tulisan ini, kutuliskan terjemahan salah satu pesan Allah dalam alQuran kitabNya yang mulia yaitu surah at Takaatsur


Bermegah-megahan(persaingan meningkatkan duniawi) telah melalaikan kamu,(1)
sampai kamu masuk ke dalam kubur.(2)
Janganlah begitu, kelak kamu akan mengetahui (akibat perbuatanmu itu),(3)
dan janganlah begitu, kelak kamu akan mengetahui.(4)
Janganlah begitu, jika kamu mengetahui dengan pengetahuan yang yakin,(5)
niscaya kamu benar-benar akan melihat neraka Jahiim,(6)
dan sesungguhnya kamu benar-benar akan melihatnya dengan 'ainul yaqin(pengelihatan yang sangat jelas dan yakin). (7)
kemudian kamu pasti akan ditanyai pada hari itu tentang kenikmatan (yang kamu megah-megahkan di dunia itu).(8)



Semoga gusti Allah welas asih kepada kita dengan membantu menggerus dan menghancurkan sifat rakus kita, dan bisa menjadi hamba yang bersyukur..



Wallahu a’lam bisshowab…



Dharmawangsa square, Jakarta, 09 Agustus 2016

Cak S
cerita selengkapnya