Senin, 19 Desember 2016

Rindu

Hari minggu 111216 kemarin merupakan hari bersejarah bagiku karena pada hari itu setelah sekalian lama tepatnya klo ga salah sejak 1998/1999 baru minggu kemarin mengangkat dan menabuh terbang/rebana lagi. Itupun karena tim penabuhnya kurang. Dan secara spontan kuambil dan kutabuh terbang rebana itu, bukan karena memperingati harbolnas(hari belanja online nAsional) tapi demi event amaliah yang jauh lebih besar dan mulia, yaitu merayakan maulid Nabi Muhammad saw, manusia termulia di alam semesta.
17 tahun tidak pernah main terbang hadrah jadi sedikit kikuk dengan tempo pukulan, telapak tangan panas memerah dan keringat mulai keluar. Alunan bacaan sholawat dan tabuhan rebana secara ga langsung membawa pikiranku dan hatiku kepada sosok seorang paling mulia seantero jagad. Seorang yang syafaatnya kita harapkan dan tauladannya yang harus kita tiru. Setelah bacaan sholawat selesai, hati ini terasa sedikit gelisah, sedangkan pikiran dipenuhi pertanyaan "mungkinkah berjodoh bertemu dan bisa bersamanya kelak?". Ditengah carut marut kebidupan yang kujalani ditengah kondisi bumi yang semakin panas, dinamika kehidupan sosial yang terus bergerak, dan makin jelaslah bahwa aku rindu padanya, hamba paling dikasihi oleh Allah, Nabi Muhammad saw. Tapi benarkah aku merindu? Atau hanya melow sesaat aku ini.
Rasa rindu itu bukankah hanya dimiliki oleh seseorang yang mencintai seorang atau yang lainnya? Rasanya malu sendiri aku menjawab pertanyaanku tadi, karena setelah kuraba diri ini masih sangat jauh rasanya dari mencintainya. Orang yang mencintai seseorang tentu dia akan mencoba melakukan apa yang disenangi oleh orang yang dicintainya. Jika yang dicintai sangat menyayangi anak yatim, seyogyanya aku juga menyayangi anak yatim, tapi nyatanya, boro-boro menyayangi anak yatim, riski yang kusalurkan ke mereka masih jauh lebih kecil dari total  belanja perutku, boro-boro menyayangi mereka, memikirkan merekapun otakku ini sangat malas dibandingkan untuk memikirkan target mimpi di masa depan, dan bagaimana bisa hidup enak. 
Ketika orang yang kucintai sangat menjunjung kasih sayang. Maka sudah sepatutnya itulah yang jadi pijakanku bertindak, nah ini ga, jangankan berkasih sayang kepada seluruh manusia, sama anak, istri dan keluarga yang saben hari ketemu, terkadang masih sering marah-marah, dongkol ga jelas. Sering mengabaikan mereka. Jangankan soal kasih sayang ke seluruh umat manusia, ke sesama golongan saja terkadang aku masih merasa paling benar, menganggap yang tidak se aliran se pikiran adalah salah! Meneriaki mereka sebagai yang tak peduli agama, dan lain sebagainya. Dan bagaimana mungkin aku bisa mengasihi semua manusia, kalau di hati ini masih ada rasa jumawa, merasa memiliki kekuasaan atas manusia lainnya, masih sering menginjak manusia yang lain dan tidak pernah ndingkluk sebagaimana dicontohkan panutanku yang mulia kanjeng Nabi muhamad saw.
Segala jenis permasalahanku dari masalah ekonomi, hubungan sesama manusia dan kemalasan dalam ibadah harusnya bisa terselesaikan jika dan hanya jika aku ikut yang dicontohkan olehnya, seharusnya aku mengikuti tuntunan yang diwariskan olehnya. Quran dan hadis. Namun, bagaimana bisa aku dapat jawaban jika membaca dua warisan tadi sudah malas duluan, ok baca sesekali bisa, walaupun hanya sesekali, dan bagaimana bisa mendapatkan petunjuk dan jawaban permasalahanku jika paham isi dari quran dan hadits saja tidak tahu, bagaimana bisa paham isinya jika belajarku hanya ke google tanpa menghadiri majelis ilmu dan tanpa mendekatkan diri dengan para ulama yang menjadi pewaris nabi. Jangankan mendekat, yang ada hanya keraguan atas mereka, malah terkadang gosipin mereka dan meremehkan mereka.
Jika saja aku mengikuti jalan yang telah dicontohkannya niscaya aku akan sampai kepadaNya dan kekasihNya. Bisa selamat dalam menjalani kehidupan. Ternyata cintaku selama ini masih abal abal tidak murni seratus persen karena cintaku kepadanya jauh lebih sedikit dibandingkan cintaku ke selain dia.
Semoga kerinduanku kepadanya sebagai salah satu jalan menyampaikan rasa cintaku kepadanya. Dengan mengharap ridho dan pertolongan Allah, semoga bisa dijadikan barisan umat Nabi Muhammad. Mencintai dan merindunya dengan tulus dan sebenarnya. dan semoga Gusti Allah memberikan ampunan lantaran barokah dari Nabi Muhammad yang mulia ini.

Allahumma sholli 'ala sayyidina Muhammad wa 'ala alihi wa shochbihi wa sallam 

Wallahu a'lam bishowab
Surabaya, 13 Desember 2016, 13 Rabiul awal 1438

cak S
cerita selengkapnya