Selasa, 08 Januari 2013

Cerita Calon Arang—gambaran nyata sebuah kedengkian

Postingan berikut adalah tulisan pada tahun 2008.
Kali ini Pramoedya mengangkat cerita rakyat sebagai bahan tulisannya. Calon Arang kisah tentang seorang janda tukang teluh dari desa Girah.
Pada masa itu kerjaan Daha (Kediri, sekarang) diperintah oleh seorang raja yang bijaksana, Raja Erlangga. Dengan kebijaksanaannya membuat rakyat hidup dalam kedamaian, dan kesejahteraan. Sampai pada suatu saat Calon Arang beraksi.
Janda dari desa Girah ini memang terkenal sebagai dukun teluh yang sakti dan kejam serta keji(mereka keramas dengan darah korbanya), saking saktinya semua orang disekitarnya enggan untuk bertutur sapa dengannya, takut kalo salah omong, kena teluh. Hal ini menyebabkan Ratna Menggali, putri satu-satunya(yang sebenarnya cantik banget) tidak ada yang melamar. Karena itu timbul rumor di masyarakat kalo Ratna menggali tidak bakalan bisa menikah. Rumor ini membuat Calon Arang muraka, dan pergilah dia bertapa memohon ke Dewi Durga memohon ijin untuk bisa melalkukan teluh ke semua orang, Dewi Durga memberi ijin asalkan tidak sampai ke wilayah ibu kota.
Di sebuah daerah lain, di lemah tulis tepatnya, ada seoarang pendeta bijak yang bernama Empu Baradah yang memiliki seorang puteri bernama wedawati yang nantinya memutuskan untuk menjadi petapa. Alasan kenapa wedawati ingin menjadi petapa adalah karena selama ini dia selalu mendapat perlakuan jahat berupa iri dan dengki dari ibu tirinya. Dan dia mengatakan biarlah dia musnah dari muka bumi ini asal tidak ada lagi orang yang iri dan dengki.
Pengaruh teluh Calon arang yang makin luas telah membunuh ribuan penduduk Daha, hal ini membuat raja erlangga tidak bisa tinggal diam, diutuslah sepasukan pasukan untuk menangkap si Calon Arang, dan mereka gagal. Setelah diserang oleh pasukan tersebut calon arang tidak takut malah merencanakan untuk menyebar teluhnya samapai di ibukota. Pada titik putus asa raja bijak itu memerintahkan semua pendeta untuk berkumpul dan mencari solusi, setelah bersemedi di candi kerajaan diperoleh petunjuk bahwa yang bisa mengalahkan calon Arang hanyalah Empu Baradah dari lemah tulis. Maka raja itu mengutus karuduan untuk menemui sang Empu. Sesampai disana, empu tersebut mengatakan bahwa raja harus mengawinkan empu bahula dengan Ratna Menggali anak dari calon arang. Raja setuju dan membiayai semua pernikahan itu.
Dari pernikahan tersebut terbongkarlah semua rahasia calon arang, setelah mempelajari semua ilmunya empu baradah kemudian keliling negeri untuk menyembuhkan penduduk dari pengaruh teluh tersebut. Dalam waktu yang singkat sembuhlah negeri itu. Akhirnya calon arangpun menemui ajalnya setelah kalah adu kesaktian dengan sang empu, namun sebelum benar-benar dibunuh si calon arang diberi pengampunan oleh sang pendeta. Kini, negeri itu kembali bahagia.
Buku calon arang ini begitu banyak memberi pelajara; bagaimana sifat iri dengki dapat mengakibatkan bencana, bukan pada hanya satu orang tapi pada banyak orang juga. Sikap iri dengki kemudian hanya bisa ditaklukan dengan ketulusan hati untuk menolong sesama, dan rasa tidak merasa lebih dari orang lain. Ya, semoga kita bisa meniru pendeta Baradah dan puterinya-wedawati, yang penuh kasih sayang terus berbagi dengan sesama.
“Semua manusia bersaudara satu sama lain. Karena itu tiap orang yang membutuhkan pertolongan harus memperoleh pertolongan. Tiap orang keluar dari satu turunan, karena itu satu sama lain adalah saudara.”

cak s
15 Oktober 2008

Tidak ada komentar:

Posting Komentar