Senin, 13 Maret 2017

I'm Not a Robot

Waktu awal me design kaos robot ini, yang ada dipikiranku hanya pengen gambar robot yang mempunyai hati, tanpa tau nanti akan bercerita mengenai apa dan siapa? nah dilalah, tak disangka dan tak pernah kuduga, ada seorang teman, guru, sahabat, saudara(kalau dia berkenan mengganggapku saudara) datang dari ujung timur Indonesia dengan melakukan laporan terlebih dahulu. "Cak, besok aku mau pulang ke Surabaya. kubawakan Sei, atau mau pesen yang lain" begitu pesen yang dia tulis di salah satu aplikasi messanger yang kami gunakan. Ya, dia, orang dari timur itu, adalah seorang yan mungkin orang lain akan lebih mengenalnya dari sisi negatifnya. Namun, bagiku, meskipun dia identik dengan dunia gelap, namun aku masih percaya bahwa di dalam dirinya ada sebuah cahaya yan sangat terang dan menerangi. Setidaknya dari dia aku belajar bagaimana hidup tanpa pamrih, bekerja tanpa pamrih, bersahabat dan berteman tanpa pamrih. Sebuah sikap yang sangat jarang dijumpai saat ini, entah kalian setuju dengan pendapatku ini, aku gak peduli yang jelas dengan cara seperti itu aku melihatnya.
Sobat dari timur ini, adalah sosok yang jika kita bersedia bersabar atasnya maka akan banyak sekali pelajaran yang bisa diambil dari orang ini. salah satunya berhubungan dengan design kaos I'm not a robot ini. Kalau dilihat di wikipedia, robot berasal dari bahasa Ceko “robota” yang berarti pekerja atau kuli yang tidak mengenal lelah atau bosan.  Robot secara sederhana bisa diartikan sebagai seperangkat alat mekanik yang bisa melakukan tug layaknya robot as fisik, baik dengan pengawasan dan kontrol manusia, ataupun menggunakan program yang telah didefinisikan terlebih dulu (kecerdasan buatan) (source wikipedia). Nah, belakangan sifat robot yang disebutkan sebelumnya itu banyak yang mencoba untuk menanamkannya ke sebuah mahluk yang dikenal dengan sebutan manusia. Tidak jarang mereka menganggap bahwa manusia bisa dimiliki sebagaimana mereka bisa targetnemiliki sebuah robot dengan membelinya. Baik dengan cara menggajinya, ataupun dengan merekrut mereka. Nah parahnya lagi dikemudian hari ketika mereka merasa berkuasa atas manusia yang lainnya, mulailah mereka menanamkan sifat robot tadi dengan menganggap bahwa pekerjanya itu layaknya robot yang tidak pernah lelah dan bosan sehingga beban pekerjaan yang diberikan kepada pegawainya tadi terkadang tidak manusiawi, ya bisa jadi cara menghitung targetnya dengan asumsi pegawainya adalah robot bukan manusia.
Jam kerja di Indonesia pernah diatur dalam undang-undang No 13 tahun 2013 khususnya pasal 77 sampai 85. Dan dari UU tersebut rata-rata jam kerjanya adalah 7-8 jam kerja. Namun sekarang sepertinya aturan tersebut tidak banyak bisa dijalankan mengingat target yang diberikan oleh perusahaan semakin besar sehingga tidak bisa dikerjakan dalam rentang waktu 7-8 jam sehari, 7 hari seminggu. Di sini secara tidak langsung sifat robot tadi merasuk dalam manusia.
Kembali lagi kepada sobat, teman dan saudara dari timur tadi. Ikhwal kepindahan dia ke timur menurutku bisa dibilang ada proses robotisasi kepada dirinya. Sistem di tempat dia bekerja mengarahkan untuk keseragaman gerak dan tindakan serta pikiran dalam melaksanakan sebuah pekerjaan. Bagus seh ada arah yang jelas yang mau dituju, dan bagaimana mencapainya juga sudah ada guidance yang jelas. Namun ketika dibagian cara mengeksekusi tadi sudah tidak ada ruang untuk diskusi dan kreatifitas maka proses robotisasi tadi kembali berlaku. Ingat kan pengertian robot tadi, bahwa apa yang dilakukan oleh robot adalah sebuah langkah yang terprogram oleh programmernya. Robot akan dipaksa untuk melangkah sesuai dengan programnya, tidak pernah robot bisa membantah program. Dan ketika kreatifitas manusia ini dimatikan maka yang tinggal adalah robotnya.

Salah satu teori yang banyak dianut dalam dunia sales belakangan ini adalah bahwa dalam hubungan sales dan bisnis jangan menggunakan hati. Gunakan logika. Karena dengan ketegasan sikap kita bisa me drive keberhasilan bisnis kita. Di titik inilah kadang-kadang jiwa dan pikiranku berontak, yang di running di bisnis ini salah satu elemennya adalah manusia, bagaimana bisa kita menghadapi manusia jika tanpa mempertimbangkan bahwa manusia itu juga punya hati. Tentu kalian masih ingat bagaimana bahayanya jika kita tidak memperhatikan soal rasa ini seperti yang pernah kutuliskan sebelumnya di no tears doesn't mean no pain. Di saat kita mulai menghilangkan kenyataan bahwa kita dan manusia lainnya mempunyai hati, maka sebenarnya kita telah melakukan proses robotisasi tersebut kepada diri kita dan orang lain.

Pelajaran penting dari sobatku tadi di atas adalah tentang ketulusan, menurutku ketulusan itu tidak bisa timbul ketika tidak ada hati di manusia. Ingatlah ada pembeda antara robot dengan manusia. Salah satunya adalah hati. Kalau pembeda ini kita hilangkan bisa jadi kita akan bertranformasi menjadi sebuah robot bukan lagi seorang manusia. Aku pribadi memilih untuk emnjadi seorang manusia dengan segala konsekuensi dibelakangnya. Setidaknya dengan menjadi manusia aku akan merasakan ketulusan dan cinta serta berkesempatan membalas ketulusan dan cinta tadi.
Begitu kira-kira cerita singkat soal robot. Semoga kita bisa kembali memanusiakan manusia, bukan malah merobotisasi manusia lainnya. Semoga Gusti Allah menuntun kita ke jalan yang benar.

wallahu a'lam bishowab
Surabaya, 17 February 2017
lantai 16 yang bersahaja

cak S

Tidak ada komentar:

Posting Komentar