Senin, 13 Maret 2017

Mari Penuhi Tangki BBM Iman Kita

Teman-teman, mungkin banyak diantara kita yang sehari-hari tidak bisa lepas dari aktifitas berkendara, berangkat sekolah, kerja, ataupun bepergian ke berbagai tujuan. Baik itu kendaraan pribadi ataupun angkutan umum. Dan mungkin kebanyakan juga menggunakan kendaraan bermotor, apakah sepeda motor ataupun mobil. Kalau sudah terbiasa berkendaran bermotor, tentu teman-teman bisa dengan mudah menjawab pertanyaan berikut, apa yang membuat kendaraan tersebut bisa berfungsi? Tuh mudahkan menjawabnya. Diantara yang mempunyai pengaruh menghidupkan kendaraan tadi adalah ketersediaan Bahan Bakar, jenisnya bisa bensin ataupun solar, baik itu dengan oktan yang rendah ataupun oktan tinggi. Pemilihan BBM ini tentunya sangat berpengaruh pada kinerja engine nya.

Setelah beberapa hari memperhatikan proses pengisian BBM dan pengaruh waktu pengisian, sampailah aku pada satu pemikiran tentang keimanan. Kurasakan kok ada korelasi antara BBM dan iman. Yaitu keduanya sangat berperan penting dalam kehidupan, BBM berperan penting dalam kehidupan mesin, sedangkan iman sangat penting kedudukannya bagi manusia dalam menjalani kehidupan. Mesin tanpa bahan bakar tidak bisa jalan, dan manusia tanpa iman sepertinya juga akan susah menjalani kehidupan. Seperti yang diilustrasikan oleh gambar di kaos, seperti BBM, namanya iman juga bisa berkurang dan lama-lama bisa juga habis. Kanjeng Nabi pernah dawuh bahwa yang namanya iman itu bisa bertambah atau berkurang. Yang menjadi problem yang sangat berat adalah bahwa kita tidak tau atau tidak mau tau melihat keimanan kita naik atau turun, aku pribadi masih jarang melihat indikator keimanan ku, bahaya sekali yang aku lakukan ini karena once iman itu habis maka niscaya hancurlah diriku ini. Sering kali aku lupa bahkan menunda merecharge bahan bakar imanku. Kalau mobil atau sepeda, indikasi kekurangan BBM sangat mudah dilihat, baik dari jarum petunjuk maupun dari lampu led indikator. Nah, kalau iman, bagaimana indikasinya?
Aku pribadi tidak begitu peka dan tau akan indikasi-indikasi tersebut. Satu hal yang kupegang selama ini, jika ibadah sudah mulai ogah ogahan dan pembiaran maksiat maksiat kecil sudah kulakukan, di saat itulah aku merasa keimanan ku mulai luntur, dampaknya hidup gelisah, tanpa arah, dan bingung.
Menurutku, dalam proses pengisian iman tidak ada yang namanya fuel, meluber atau kelebihan. Ini terutama bagi orang yang lemah sepertiku, gimana tidak, dengan bertambahnya amalan ubudiyah yang dilakukan rasa-rasanya masih belum bisa menutupi apa yang sudah dianugerahkan oleh Allah, masih sangat jauh. Apalagi cecunguk seperti aku ini masih sering saja bertambahnya ibadah dibarengi dengan bertambahnya kesombongan dan kecongkakan. Merasa orang lain ada di bawahku, ibadah nya orang lain ga sempurna, padahal aku sendiri masih belum istiqamah menjalankan apa yang tadi menjadi penyebab kesombonganku. Baru sholat tahajud sekali saja rasanya diriku sudah bisa terbang mangangkangi yang lainnya. Baru puasa berapa hari saja sudah merasa yang paling hebat tirakatnya dibanding orang sekitarku. Parahnya lagi adalah yang kusombongi adalah Gusti Allah sendiri, karena ku merasa sudah sholat, shodaqah, bersholawat berbuat baik, ehhh...kalau minta sangat maksa dan minta semua keinginan dikabulkan. Oleh karena itu menurutku tidak pernah iman ini full..ada saja penghalangnya. Makanya prinsip yang kupegang saat ini adalah terus mengisi tangki BBM imanku. Dan yakinlah itu susah bingits. Dan bukan berarti tidak bisa dilakukan.
Pernah kuceritakan kepada beberapa orang bahwa yang namanya beragama itu harus dengan paksaan. Maknanya kita harus bisa memaksa diri kita untuk bisa meningkatkan ibadah, memaksa untuk bisa bersyukur, memaksa untuk bersabar, berbuat baik dan berbagi. Karena bagiku pribadi aku tidak tau pasti kualitas ibadahku. Seperti halnya dalam pekerjaanku di perusahaan, untuk meningkatkan jumlah customer base salah satunya adalah dengan memperbanyak sales. Maka dalam hal menambah kadar keimanan satu-satunya cara adalah dengan terus dan menambah jumlah ibadah sembari memperbaiki kualitas ibadah tersebut. Contoh simplenya adalah aku ga perlu nunggu bisa shodaqah 10 juta untuk bersedeqah. Aku bisa mulai dengan mulai bersedekah seribu, dua ribu, lima ribu dan seterusnya.
Begitu juga perhatian terhadap hal-hal yang bisa mempercepat berkurangnya BBM, kebut-kebutan, main gas dan rem, dan main rpm tinggi. Kegiatan tersebut menurut beberapa yang faham otomotif adalah kegiatan yang bisa mempercepat konsumsi BBM. Bagaimana dengan iman? Yang mempercepat berkurang nya iman antara lain adalah bertambahnya kemaksiatan yang kita lakukan. Coba kita teliti semua indera yang dititipkan Allah kepada kita, bagaimana kita mempergunakannya? Untuk beribadah atau malah digunakan bermaksiat? Mulai dari ujung kepala sampe ujung kaki. Kenyataan ini menambah keyakinanku tentang pentingnya nasihat taqwa setiap kali khutbah jumat. Khatib selalu mengingatkan jamaah untuk terus melaksanakan sekuat tenaga perintah Allah dan menjauhi semua laranganNya. Akan sangat berat menambah keimanan kita ketika tidak melaksanakan ketaqwaan. Salah satu ciri dari taqwa adalah sikap malu, malu kepada Allah, malu ketika kita menggunakan anugerahNya malah untuk melawan perintahNya. Dan di sinilah sikap tawadlu itu perannya sangat penting, ndingkluk.
Tangki BBM jika kita biarkan sering kosong akan dimasuki angin, kondisi ini bisa berpengaruh pada performance mesin. Begitu juga kehidupan ini, jika tidak kita penuhi dengan keimanan, maka akan masuk angin kehidupan kita, baik di alam dunia ini, lebih lebih besok di akherat.
Ya Allah, hanya kepadaMu kami memohon pertolongan. Kami mohon bantuan Mu supaya kami tetap menjadi hambaMu yang beriman.

Wallahu a'lam bishowab
Bali camp, Tabanan, 11 Maret 2017

Cak S

Tidak ada komentar:

Posting Komentar