Minggu, 26 Februari 2017

Apa Kamu Tidak Berpikir?

kalimat judul di atas sebenarnya kuambil dari cerita salah satu chufadz idolaku. Awal mulanya beliau bercerita tentang pengalaman beliau ketika belajar ilmu Qur'an dan hafalan di salah satu pondok pesantren di Surabaya. Tepatnya di daerah peneleh yang diasuh oleah salah satu kyai karismatik di Surabaya pada saat itu, beliau lebih dikenal panggilan Kyai Lan atau mbah Lan. Jadi Gus Muqarrobin bercerita bahwa dalam setiap menasehati santrinya yang bertindak kurang pas, Yai Lan sering menggunankan kalimat afala ta'qilun, yang artinya apakah kamu tidak berpikir?. seperti ketika seorang santri menaruh sepeda tidak pada tempatnya, atau menggunakan sepeda tanpa  ijin si mpunya. 

Kalimat ini jika kuresapi mempunyai arti yang sangat dalam dan penting meskipun hanya terdiri dari 4 kata saja. Setidaknya yang bisa digaris bawahi adalah seharusnya kita berpikir sebelum kita melakukan sesuatu, bahkan kalau yang dicontohkan di atas adalah temoat menaruh/memarkir sepeda ontel. Meskipun hanya berkenaan dengan tempat parkir sepeda, tentu jika sepeda itu ditaruh sembarang bisa berdampak kepada yang lain, baik itu dari segi keamanan maupun bisa mengganggu akses jalan orang lain. dan jika perbuatan kita itu bisa merugikan orang lain, maka bisa jadi kita telah melanggar hak orang lain yang selanjutnya bisa jadi kita mendholimi orang lain. Dari perkara kecil kalau dirunut akhirnya bisa terlihat dampak yang tidak kecil kan? Ini mungkin bisa telaah dengan contoh-contoh lain yang pernah kita alami di kehidupan kita sendiri. Seperti dampak membuang sampah sembarangan, dampak menaruh gelas di pinggir meja dan sebagainya.
Kebiasaanku salah satunya adalah memikirkan setiap kalimat yang sering diulang-ulang oleh guruku, termasuk kalimat afala ta'qilun ini yang akhirnya membawaku untuk mencari kalimat ini di alQuran, akhirnya, atas bantuan saudara tidak kandungku, kutemukan ayat yang mengandung frasa tersebut yaitu di Surat Al Baqarah ayat ke-44.  "Mengapa kamu suruh orang lain (mengerjakan) kebajikan, sedang kamu melupakan diri (kewajiban)mu sendiri, padahal kamu membaca al-Kitab (Taurat). Maka tidakkah kamu berpikir".

Terlepas ada kaitannya atau tidak dengan cerita sebelumnya, insyaallah jika disambungkan dengan judul cerita ini ada kaitan yang menarik antara judul cerita ini dengan ayat di atas. Ayat tadi sebenarnya adalah sindiran kepada ahli kitab yang selalu menggembor-gemborkan untuk taat kepada Allah tetapi dia sendiri tidak melakukannya padahal mereka sudah mengetahui kebenaran bahwa ketaatan kepada Allah itu adalah wajib sebagaimana yang telah mereka ketahui dari kitab taurat. Maka sindirannya cukup jelas, mereka sudah tahu tapi melalaikan, ini artinya mereka tidak berpikir. Lebih parahnya lagi mereka menganjurkan orang lain melakukan kebaikan tapi mereka melalaikan kebaikan itu sendiri disini makin terlihat bahwa mereka tidak berpikir alias tidak mengakui kebenaran.
Belakangan ini kurasakan juga hal serupa di diriku sendiri, ya seperti ahlul kitab tadi, tau kebenaran, pernah menyampaikannya namun aku sendiri tidak melakukannya. Wah bahaya ini, sepertinya aku harus segera bertindak. Sikap ini tidak lain banyak dipengaruhi oleh nafsuku, nafsu pengen menang sendiri, pengen cepat kaya, pengen didengarkan dan pengen hidup enak. Apa ga boleh hidup enak? Ya sah-sah saja sih hidup enak, tapi mestinya aku cari hidup enak dengan cara yang bener juga dong. Memang yang namanya nafsu ini begitu lihai merekayasaku...hmm..
Biar ga mudah direkayasa harusnya aku ingat-ingat betul dawuhnya maulana habib alwi al haddad dalam salah satu karya beliau yang terkenal yaitu risalatul muawanah sebagai berikut:

وَمَتَي رَاَيْتَ مِنْ نَفْسِكَ تَكَاسُلًا عَنْ طَاعَتِكَ اَوْ مَيْلًا اِلَي مَعْصِيَتِهِ فَذَكِّرْ َها بِأَنَّ اللهَ يَسْمَعُكَ وَيَرَاك َوَيَعْلَمُ سِرَّكَ وَنَجْوَاكَ. فَإِنْ لَمْ يُفِدْهَا هَذَا المَذْكُوْرُ لِقُصُوْرِ مَعْرِفَتِهَا بِجَلَالِ اللهِ تَعَالَي فَاذْكُرْ لَهَا مَكَانَ المَلَكَيْنِ الكَرِيْمَيْنِ الَّذيْنِ يَكْتُبَانِ الحَسَنَاتِ وَ السَّيِّئَاتِ وَاتْلُ عَلَيْهَا : اِذْ يَتَلَقَّي المُتَلَقِّيَانِ عَنِ اليَمِيْنِ وَ عَنِ الشِّمَالِ قَعِيْدٌ مَا يَلْفِظُ مِنْ قَوْلٍ اِلَّا لَدَيْهِ رَقِيْبٌ عَتِيْدٌ فَإِنْ لَمْ تَتَأَثَّرْ بِهَذَا التَّذْكِيْرِفَاذْكُرْلَهَا بِقُرْبِ المَوْتِ وَاِنَّهُ اَقْرَبُ غاَئِبٍ يُنْتَظَرُ وَخَوِّفْهَا بِهُجُوْمِهِ عَلَي غَيْرِكَ وَاِنَّهُ مَتَي نَزَلَ بِهَا تَنْقَلِبُ بِخُسْرَانٍ لَا اَخِرَ لَهُ فَإِنْ لَمْ يَنْفَعْهَا هَذَا التَّخْوِيْفُ فَاذْكُرْ لَهَا مَا وَعَدَ اللهُ بِهِ مَنْ اَطَاعَهُ مِنَ الثَّوَابِ وَتَوَعَّدَ بِهِ مَنْ عَصَاهُ مِنَ العَذَابِ الأَلِيْمِ وَقُلْ لَهَا يَا نَفْسُ مَا بَعْدَ المَوْتِ مِنْ مُسْتَعْتِبٍ وَمَا بَعْدَ الدُّنْيَا مِنْ دَارٍ اِلَّا الجَّنَّةُ اَوْ النَّاُر فَاخْتَارِي لِنَفْسِكَ اِنْ شِئْتَ طَاعَةً تَكُوْنُ عَاقِبَتُهَا الفَوْزَ وَ الرِّضْوَانَ وَ الخُلُوْدَ فِي فَسِيْحِ الجِنَانِ وَ النَّظْرَ اِلَي وَجْهِ الكَرِيْمِ المَنَّانِ وَ اِنْ شِئْتَ مَعْصِيَةََ يَكُوْنُ اَخِرُهَا الخِزْيَ وَ الهَوَانَ وَ السُّخْطَ وَ الحِرْمَانَ وَ الحُبْسَ بَيْنَ طَبَقَاتِ النِّيْرَانِ

Artinya: 

"Apabila engkau merasa malas untuk berbuat ketaatan kepada Allah dan merasa ingin melakukan kemaksiatan, maka ingatkanlah dirimu sendiri bahwasanya Allah itu Maha Mendengar, Maha Melihat, dan Maha Mengetahui Apa yang menjadi rahasia dan bisikan batinmu. Apabila cara ini tidak berhasil, maka ingatkanlah nafsumu akan dua malaikat yang amat mulia, yang senantiasa diperintah oleh Allah untuk mencatat amal kebaikan dan keburukan. Selanjutnya katakanlah kepada nafsumu, "Idz yatalaqal mutalaqiyaani 'anil yamiini wa 'anisy syimaali qa'iidun maa yalfadzu min qaulin illaa ladaihi raqiibun 'atiid ((yaitu) ketika dua orang malaikat mencatat amal perbuatannya, seorang duduk di sebelah kanan dan yang lain duduk di sebelah kiri. Tiada suatu ucapanpun yang diucapkannya melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir)". Apabila cara ini tidak juga berhasil, maka ingatkanlah nafsumu akan dekatnya maut. Sesungguhnya maut adalah sedekat-dekatnya perkara gaib yang setiap orang pasti menunggu datangnya waktu kematian. Apabila ia datang sedangkan engkau sedang melakukan perkara yang tidak diridhai oleh Allah, maka engkau akan mendapatkan kerugian yang tidak akan pernah putus. Apabila cara ini tidak juga berhasil, maka ingatkanlah nafsumu akan janji Allah bahwa Ia akan memberikan pahala kepada siapapun yang taat kepadaNya, dan memberikan ancaman berupa adzab yang sangat pedih bagi orang yang berbuat kemaksiatan dan dosa kepadaNya. Setelah itu, katakanlah kepada nafsumu, "Hai nafsu, tiadalah kesempatan untuk bertaubat setelah datangnya kematian, dan tiadalah tempat kembali setelah dunia kecuali kampung surga dan neraka. Maka pilihlah untuk dirimu. Jika engkau taat kepada Allah maka engkau akan mendapatkan keberuntungan, ridha Allah, kekal di dalam surga, dan dapat memandang wajahNya yang Maha Mulia. Sebaliknya, apabila engkau menginginkan maksiat, maka engkau akan mendapatkan kesedihan, kehinaan, kemarahan Allah, terhalang dari rahmat Allah, dan engkau akan terpenjara dalam derita di neraka."
Berarti sudah barang tentu aku harus menasihati diriku sendiri bahwa:

  • Allah Maha Tahu
Dulu sewaktu kecil pernah diceritain oleh allahummaghfirlahu bapak, Ada seorang kyai menyuruh beberapa orang santri untuk menyembelih ayam dengan satu syarat, yaitu tidak boleh ada yang tahu. Santri-santri tersebut akhirnya memilih tempat untuk menyembelih ayam. Saatnya laporan ke kiai, semua santri tadi balik ke pondok, santri pertama melaporkan bahwa dia menyembelih ayamnya di pinggir sungai yang deras sehingga dia yakin tidak ada orang yang melihat. Santri kedua, dia menyembelih di atas gunung sehingga dia yakin tidak ada orang yang melihat. Santri ketiga, dia melaporkan telah menyembelih ayamnya di dalam hutan belantara dan dia yakin tidak ada yang melihatnya. Dan santri ke empat, dia melaporkan bahwa dia tidak bisa menyembelih ayamnya sesuai dengan syarat yang diberikan oleh sang kiai. Sang kiai tersenyum lantas bertanya kepada santri keempat kenapa dia tidak bisa memenuhi syarat itu. Sang santri pun menjawab saya sudah me coba ke hutan, gunung, sungai, lembah, goa dan ke semua tempat, saya yakin bahwa tidak ada orang yang melihat, namun saya ingat dimanapun dan kapanpun Gusti Allah akan melihat saya, untuk itu saya ga bisa menyembelih ayam tersebut dengan syarat tidak ada yang tahu, karena ada Gusti Allah Yang Maha Tahu. 
Seharusnya aku inget ini, dan sekarang aku sudah tau. Tapi kenapa tetap kulupakan. Apakah aku sudah berpikir?

  • Ada dua malaikat yang selalu mencatat 
Jumlah malaikat yang wajib diketahui ada 10. Dan 2 diantaranya selalu setia mencatat semua perbuatan kita. Perbuatan baik dicatat begitu juga perbuatan buruk sekecil apapun bentuknya. Seharusnya dengan mengingat hal ini aku bisa lebih semangat untuk berbuat kebaikan dan takut untuk berbuat kebatilan. Aku sudah tau ini, tapi kenapa masih kulanggar ya? Jangan-jangan aku lupa berpikir sebelum bertindak. Allah...

  • Ingat mati
Diceritaku sebelumnya kusinggung bahwa akhir kehidupan dunia ini adalah kematian, dan bagaimana kita ingin dikenang setelah mati. Namun, kehidupanku itu tidak hanya sampai kebidupan dunia saja loh. Ada kehidupan akhirat. Dan itu dimulai ketika mati. Lhuk bukannya ketika mati kita semua terputus dari ibadah kecuali amal shadaqah jariyah, ilmu yang bermanfaat dan anak soleh yang mendoakan kita. Kita sudah gak bisa lagi berbuat baik, gak bisa lagi mohon ampunan, ga bisa lagi nambah timbangan kebaiakan. Bagaimana jika ketika aku mati nanti dalam keadaan hina ?(naudzubillah mindalik). Bagaimana jika aku nanti mati dalam keadaan sedang berbuat jahat ke orang lain, dzolim dsb? (Naudzubillah mindalik) harusnya ingatan ini membuatku berpikir sebelum bertindak.

  • Allah Maha menepati janji
Ampunan Allah, Rahmat Allah itu buanyak dan ga bakalan habis. Tentunya ini  berlaku bagi hambanya yang terpilih yaitu mereka yang beriman dan bertakwa kepadaNya, mereka yang dengan serius memohon ampunan, mereka yang serius meminta kasih sayangnya. Namun bagi mereka yang lalai akan keberadaanNya tentulah azab yang pedih menantinya. Harusnya aku memikirkan hal ini sebelum bertindak.

Ya Allah sudah banyak pengetahuan dan jalan yang engkau tunjukkan kepadaku untuk selamat dunia akherat. Namun, itu semua kulupakan sebelum melakukan sesuatu. Itu semua karena aku tidak berpikir ya Allah. Ya Allah semoga dengan menulis kan hal ini kembali bisa me refresh otak dan nafsuku untuk berpikir tentang kuasa Mu sebelum aku berbuat sesuatu. Jangan jadikan hambaMu ini seperti ahlu kitab di atas, yang tau, yang menasihati, tapi tidak melakukan kebaikan dan ketaatan.

Diakhir cerita ini ijinkan aku memohon seperti syair yang diucapkan imam syafii beberapa saat sebelum beliau berpulang ke rahmatullah 
“Kala hatiku mengeras dan jalanku mulai menyempit
Aku hanya bisa mengharap titihan ampunan-Mu
Dosa-dosaku amat besar, namun jika aku bandingkan
Dengan ampunan-Mu, ya Robb, ampunan-Mu jauh lebih besar
Engkau Senantiasa melimpahkan ampunan atas segala dosa
Dan Engkau tiada pernah bosan memberi ampunan.”
(Sifat Ash-Shofwah, 3/146)

Wallahu a'lam bishowab.
Cerme, 1 February 2017, dikala lampu mati


CakS

Tidak ada komentar:

Posting Komentar