Senin, 18 Juli 2016

Berpuasa dan Berbuka



Alchamdulillah, hanya karena kemurahan dan welas asih dari Gusti Allah, beberapa hari yang lalu bisa Melaksanakan puasa bulan Ramadhan. Sebuah rangkaian ibadah yang bertujuan menjadikan kita orang yang bertakwa. Semoga puasa dan semua ibadah kita diterima dan kita bisa dipertemukan lagi dengan bulan Ramadhan. 

Pernah suatu ketika Kanjeng Nabi mengatakan kepada para sahabat Nabi setelah perang badar bahwa akan ada lagi perang yang jauh lebih berat daripada perang badar yaitu perang melawan hawa nafsu. Dan, salah satu peran penting dari puasa adalah melatih melawan hawa nafsu. Yang biasanya boleh dilakukan menjadi ada pembatasan. Makan minum yang seyogyanya bisa kapanpun dibatasi waktunya dari maghreb sampai  fajar saja. Begitu juga perihal hubungan suami istri. Selain pembatasan-pembatasan tadi, saat berpuasa kita juga dianjurkan untuk mengurangi bahkan menghilangkan kebiasaan-kebiasaan yang buruk seperti menggunjing, dengan dalih akan mengurangi pahala puasa.

Di bulan Ramadhan kalau kita rasakan nikmat sekali untuk beribadah, jamaah di masjid bertambah, orang-orang pada semangat membaca AlQuran baik sendiri maupun tadarrus di musholla, surau maupun di masjid. Sungguh indah bulan Ramadhan yang penuh rahmat ini.
Setelah bulan mulia itu berlalu, ada yang terngiang di pikiranku, yaitu kenangan saat berbuka puasa. Sungguh jelas tergambarkan betapa aku sibuk memikirkan, membayangkan menu buka puasa saben harinya. Mulai dari menu, wujud, porsi, warna  sampe rasanya. Bahkan sangking pengennya sampai sampai telfon janjian dengan pedagangnya. Semua pengen dibeli, pengen dimakan. Padahal pada akhirnya tidak semua yang dibeli tadi bisa habis dimakan. Kini, setelah bulan itu berlalu, kelakuanku pas waktu buka tadi sepertinya cocok banget dengan yang pernah didawuhkan oleh Kanjeng Nabi, semisal manusia itu diberikan satu gunung maka dia akan bertanya mana gunung kedua, ketiga dan seterusnya. Rakus. Itulah gambaran bukaku.

Dirunut runut sampai lah pada suatu pertanyaan "diterima ga ya puasaku ini?" Ketakutan ini didasarkan pada salah satu tujuan puasa yaitu menahan nafsu. Setelah seharian bisa menahan rasa lapar dan dahaga, eh..pas bedug bahkan sebelum bedug hati dan pikiranku dipenuhi nafsu untuk mengisi perut. Sampai pada pemikiran ternyata aku terjebak di saat buka, seakan tidak artinya menahan nafsu seharian, kalah dengan nafsu 5menit.
Ya Allah, jadi sangat malu. Sering orang bilang kalau sedang bermasalah terhimpit kehidupan orang akan mengingat Allah, banyak orang yang diuji olehNya dengan petaka lebih sabar daripada ketika diuji dengan kenikmatan.

Terkadang usaha, ikhtiar kita begitu besar saat menghadapi permasalahan. Namun ketika masalah itu dicabut olehNya, terkadang kita malah melakukan hal hal yang menjerumuskan kita ke masalah yang lain. Dan semua itu biasanya diawali dengan nafsu yang jelek.
Buka puasa mengajarkan kita bagaimana menyikapi  keberhasilan suatu  pernjuangan. Jangan terbutakan oleh keberhasilan. Ketika diawal sudah kita niatkan dengan sungguh sungguh hanya untuk beribadah kepada Allah maka saat keberhasilan itu datang, ingatlah semata mata itu hanya karena rahmat dari Allah swt. Disini pentingnya mengatur niat karena secara tidak langsung niat akan me drive seluruh organ untuk berjalan sesuai niat. Dan tidak ada niat yang lebih baik dari seorang hamba kecuali untuk beribadah kepada penciptanya.

Puasa sangat penting untuk membiasakan diri menahan nafsu yang jahat. Karena semakin sering berlatih insyaallah tubuh, hati dan pikiran akan semakin terbiasa menghadapi godaan godaan yang biasanya datang dari nafsu. Semoga kita bisa berpuasa dan berbuka dengan baik. Dan, mulai dari tulisan ini dibuat, sudah kubulatkan untuk belajar berpuasa yang baik dan benar. Semoga Gusti Allah meridloi.

Cerme, 160716,
Belajar poso yuk.....

 CakS

Tidak ada komentar:

Posting Komentar