Kamis, 08 November 2012

Rashomon

Awal dari ketertarikan akan judul buku ini adalah ketika seseorang meminjamkan bukunya kepadaku, judul bukunya adalah Japanese Short Stories karya Akutagawa Ryunosuke—seorang cerpenis terbaik Jepang. Isi dari buku tersebut sangat bagus berisi pesan-pesan moral yang banyak dibutuhkan pada kehidupan. Karena setelah membacanya dan aku suka, akhirnya aku mencoba searching informasi tentang si pengarang, dan salah satu hasil searching yang kutemukan bahwa salah satu karya dia yang fenomenal adalah cerpen Rashomon. Nah, ketika menemukan buku ini maka tanpa pikir panjang langsung kubeli.
Isi buku RaSHOMON ini tidak jauh berbeda dengan buku yang dipinjamkan seseorang tadi, cuman ada beberapa tambahan judul yaitu Rashomon dan Kappa. Pesan moral sanngat terlihat pada setiap judul dalam kumpulan cerpen ini. Sebut aja:
Bubur Ubi, dalam judul ini dikisahkan seorang samurai kelas rendah yang selalu mendamba dan berangan untuk dapat menikmati lezatnya bubur ubi yang tergolong makanan istimewa di istana, karena kedudukannya yang rendah dia jarang bisa menikmati bubur itu, mungkin cuman sekali setahunnya. Dan ketika sang penguasa berbaik hati mau menyediakan bergentong-gentong masakan bubur ubi untuknya, dia tidak sanggup makan semangkuk pun. Mungkin itulah gambaran dari kehidupan kita yang kerap mendamkan sesuatu secara berlebihan.
Jaring laba-laba, tersebut sebuah kisah bahwa sang budha sedang jalan-jalan di tepian neraka kemudia Dia menemukan seoarang yang meronta-ronta minta tlg. Kemudian sang Budha pun menariknya dengan sebuah jala laba-laba, namun ternyata yang memakainya bukan hanya satu orang saja, rame-rame mereka saling meng-klaim bahwa jaring tersebut milik pribadi, bukan untuk umum, sebenarnya jaring tersebut kuat untuk semua, namun ketika jaring itu dibuat rebutan maka jaring itu kemudian putus dan mereka semuapun kembali terjebur di neraka. Satu pelajaran yang mungkin bisa diambil dari kisah ini adalah bahwa jalan pembebasan, jalur pengampunan Tuhan tidak bisa diklaim menjadi milik satu golongan saja, karena Tuhan memiliki hak prerogatif untuk menentukan siapa yang mendapat ampunanNya. Hal ini terasa kontradiktif dengan jaman sekarang dimana banyak golongan SOK bertidak sebagai

tangan Tuhan
. KURANG AJAR BANGET KAN?
Hidung besar/panjang, bercerita tentang seorang pendeta yang memiliki hidung yang besar dan panjang sehingga hampir menutupi mulutnya. Hal ini tak ayal membuat beberapa orang memicingkan mata atas dirinya, sehingga dalam pergaulan umum dia agak disingkirkan begitu pula dalam hal jodoh. Si pendeta ini kemudian mengabdikan dirinya untuk Tuhan, dan dia masyhur dalam hal kesolehannya sehinga banyak masyarakat yang minta di doakan olehnya, suatu saat dia berdoa agar hidungnya dibuat normal, dan doa tersebut dikabulkan hidungnya kembali normal, namu normalnya hidung ini membuat dia tidak dikenali lagi oleh orang-orang disekitarnya, sehingga dia diangap sebagai orang asing yang kemudian diacuhkan oleh banyak orang. Diapun kemudia sadar bahwa bukan wajah elok yang dibutuhkannya untuk bersosialisasi dengan masyarakatnya, tapi kebaikan hatinyalah yang selama ini bisa membantunya. Kontras lagi kan dengan kehidupan sekarang, dimana g sedikit orang yang menghabiskan duitnya untuk mempercantik dirinya tapi disekitarnya masih banyak orang yang kelaparan. Iya to?

cak S, 12 Mei 2008

Tidak ada komentar:

Posting Komentar