Selasa, 06 November 2012

The Old Man and The Sea

The Old Man and The Sea – Sebuah bentuk heroisme
Di sebuah toko buku, buku setebal 132 halaman ini dijual dengan harga 31ribu. Dengan melepas uang sejumlah itu kita akan dibawa ke sebuah suasana yang penuh dengan kesunyian dan kesepian, namun dalam kesepian itu kita akan menemukan sebuah sosok heroik—santiago, sang lelaki tua. Tidak jauh dari apa yang dikatakan oleh Ernest Hemingway(penulis buku ini) bahwa “heroisme adalah manusia yang berhasil mengatasi penderitaan dalam kesendiriannya.”


Sejak bagian pertama hemingway menggambarkan bagaimana si lelaki tua hidup dalam kesepian dan “kesederhanaan”nya. Singkatnya, plot dari buku tersebut dapat diceritakan ulang seperti berikut:

The Old man and the sea menceritakan kisah pertarungan antara seorang nelayan tua berpengalaman dengan seekor ikan merlin raksasa yang menjadi tangkapan terbesar dalam hidupnya. Novel ini diawali dengan kisah Santiago yang selama 84 hari tidak menangkap satu ekor-pun ikan, dia rupanya sangat tidak beruntung ketika sibocah Manolin dilarang oleh bapaknya untuk ikut melau lagi dengan santiago. Dengan tetap menghormati santiago, bagaimanapun si bocah tetap melayani santiago dengan membawakan dia makanan dan minuman, membantu membereskan dan menyiapkan perlengkapan pancing si santiago dan mengobrol soal baseball. Dan pada malam itu sntiago berkata bahwa dia akan berlayar jauh dan akan mengakhiri serentetan ketidak beruntungannya.
Kemudian pada hari ke-85, santiago berlayar sendirian, membawa sampan kecilnya menuju ke teluk. Pada hari pertama dia melaut, seekor marlin besar memakan umpannya. Karena tidak mampu menarik marlin yang besar malahan marlin itu yang menarik sampannya. Selama  dua hari dan dua malam lewat dalam situasi seperti ini, santiago mendapatkan tekanan jiwa dan raga, pada saat seperti itu dia merancau menginginkan si ikan supaya jadi saudaranya, tapi di dunia ini kata dia, meskipun dia saudaranya, dia mesti tetep membunuhnya agar santiago tetap bisa hidup. Pergulatan batin dan raga yang lama membuat santiago mempunyai nazar kalo berhasil menangkap ikan ini dia akan membacakan doa dan puji-pujian pada Tuhannya. 

Pertarungan yang lama tersebut tak ayal membuat santiago menderita dan mendapatkan luka yang membuat kita saja yang baca akan merasa ikut sakit juga. Namun di tengah kesakitan itu dia mempunyai sebuah semboyan yang kembali mengembalikan tenaganya. Kata dia “ Dan rasa sakit bukan masalah bagi seorang pria”. Sejurus dengan itu dengan segala teknik yang dimilikinya dia berhasil menangkap ikan tersebut yang ternyata besarnya dua kali lipat dari perahu yang sedang digunakannya. Dengan hasil pancingan sebesar itu dia berharap akan mendapatkan lagi biaya untuk hidup dan penghargaan dari teman-teman nelayannya juga menjadi kembanggan bagi maoulin, teman bocahnya.

Setelah berhasil mendapatkan ikan itu, santiago mengarahkan perahunya ke arah pantai dia berangkat, namun. Di tengah perjalanan ada seekor hiu yang menyerang hasil pancingannya. Tak terima hasil kerjanya dicuri akhirnya bertarunglah lelaki tua dengan hiu itu, dengan keahliannya lelaki tua bisa mengalahkan hiu itu dengan tepat menyerang bagian otak dari hiu tersebut, tetapi dia kehilangan karena hiu tersebut telah menggigit sebagian dari daging ikan tangkapannya. Dari luka dan darah dari tangkapannya mengundang hiu lain untuk mencoba memangsa ikan hasil pancingan lelaki tua itu, datanglah hiu hidung sekop kali in yang mencobanya, lelaki tua pun harus bertarung lagi lawan hiu, dan dia menag lagi, tapi lagi-lagi harus kehilangan daging dari hasil pancingannya, terakhir dia harus kembali menghadapi dua ekor hiu lagi, dengan sisa tenaga dan dayung serta pisaunya lelaki tua itu berhasil menglahkannya. Namun, terakhir ia merasa lelah, lelah sekali sampai di tepian dia ditemukan oleh nelayan-nelayan lain dalam keadaan lemas, dan merekapun merawatnya. Mereka juga mengukur kerangka ikan yang dibawa oleh si lelaki tua itu sepanjang 18 kaki. Ini adalah kemenangan si lelaki tua atas kesepiannya.

Kisah di novel ini diilhami oleh seorang nelayan tua bernama Gregorio Fuentes, yang telah menjadi teman ernest hemingway selama 30 tahun. Sebuah perjuangan lelaki tua yang sungguh-sungguh patut kita contoh bagaimana dia mengembalikan motivasi hidupnya, dia percaya pada tujuan hidupnya, percaya pada kekuatannya, percaya pada hati, dan percaya bahwa menggabungkan keyakinan, kekuatan, dan keberuntungan, dia akan mendapatkan apa yang menjadi harapannya. Biarpun itu harus dilewati dan dilakukan dalam kesendirian. 

Say, aku jadi bisa mengerti bahwa kesepian dan kesendirian terkadang memang diperlukan untuk menggembleng mental, niat, keyakinan dan hati kita.

--The Old Man and The Sea, documentation— 
Penulis Ernest Hemingway 
Judul Asli The Old Man and The Sea 
Charles Scribner’s Sons, 1952 
Penerjemah Dian Vita Ellyati >
Halaman 127
Penerbit Selasar Surabaya Publishing

(cak S, 21 Oktober 2008)

2 komentar:

  1. aku juga punya bukunya say . sangat bermanfaat . kunbal ke 1001user.logspot.com ya gan . ditunggu

    BalasHapus
  2. ceritanya sangat menginspirasi.

    BalasHapus