Jumat, 09 November 2012

Salah satu warisan dari Kyai Faqih

KH Abdullah Faqih Langitan
Suatu hari diajak sama Allahummaghfirlah bapak untuk sowan ke KH Abdullah Faqih rahimahullah wa nafa’ana bi’ulumih. Tidak sendirian namun dengan beberapa orang. Betapa beruntungnya hari itu Kyai Faqih berkenan untuk menemui kami. Tidak banyak yang beliau sampaikan saat itu, namun begitu besar manfaatnya untuk mengobati diriku. Pada saat itu beliau memberikan sebuah amalan, singkat, namun ketika beliau menjelaskan makna dari amalan tersebut badan langsung lulai, terkulai lemas, kepala langsung tertunduk malu, sedih. Amalan yang beliau berikan adalah amalan membaca Alhamdulillah Astaghfirullah Laa Chaula wa laa quwwata illa billah.
Ketiga kalimat tersebut tentu pernah atau sering kita dengarkan dan lafalkan. Saat itu beliau menjelaskan kenapa membaca mesti ajeg membaca ketiga kalimat tersebut. Dan beginilah ceritanya:
Alhamdulillah, merupakan kalimat pujian ke hadirat Allah Swt yang telah memberikan banyak anugerah kepada kita sampai-sampai jika kita disuruh menghitung tentu tidak akan mampu. Walau ditengah kesengsaraan, kesusuhan dan beberapa cobaan yang sedang, pernah, dan akan kita dapati tentu terselip anugerah dan kenikmatan yang lebih besar.
Astaghfirullah, merupakan kalimat yang sering mengindikasikan penyesalan, kita mesti menyesal karena beberapa dari anugerah yang telah diberikan Gusti Allah banyak yang masih kita dustakan. Bagaiamana kita mendustakan nikmat berupa kesehatan badan dengan beribadah bermalas-malasan, bagaimana kita mengingkari nikmat harta dengan jalan menghambur-hamburkannya, tidak berbagi dengan yang lain, bagaimana kita diberi anugerah kedudukan namun kita menggunakannya untuk kesewenang-wenangan bertindak tidak adil, bagaimana kita diberi anugerah berupa udara namun kita mencemarinya dengan perilaku merusak kita, sudah semestinya kita malu, menyesal dengan sesungguhsungguhnya.
Laa Chaula walaa quwwata illa billah, tidak ada yang memberikan kita kekuatan untuk menjauhi larangannya dan tidak ada yang bisa memberikan kita kekuatan untuk melakukan kebaikan kecuali hanya pertolongan dari Allah Swt. Itulah makna dari kalimat ini. Dengan kalimat ini kita dilatih bahwa tidak yang berkuasa selain Allah, seberapapun banyak kekayaan, kekuatan, kedudukan, kecerdasan kita tidaklah sebanding dengan KuasaNya. Maka sudah dengan semestinya kita mengharap welas asih dan pertolonganNya. Hanya dengan pertolongannyalah kita bisa bersyukur dan hanya dengan MaghfiroNyalah kita bisa diampuni.
Demikian kira-kira makna dari amalan ini, wallahu a’lam..monggo jika mau mengamalkannya.
Sungguh mantap betul amalan ini. Semoga Allah selalu merahmati KH Abdullah Faqih.. Maturnuwun bapak, karena telah mempertemukan, memperkenalkan dengan orang-orang alim kekasih Allah. Ya Allah ampunilah segala dosa kedua orang tuaku, dan berikanlah rahmatMu sebesar-besarnya kepada mereka…Amiin.

Jember, 9 November 2012 13:45
Cak S

Tidak ada komentar:

Posting Komentar